NEW Model Blog Education, SBMPTN,USM,UTUL UGM,SIMAK UI ,STAN,STIS.

Sunday, May 8, 2016

HASIL BUDIDAYA PRA AKSARA DI INDONESIA BERDASARKAN TIPOLOGI!!

| Sunday, May 8, 2016
HASIL BUDIDAYA PRA AKSARA DI INDONESIA BERDASARKAN TIPOLOGI (LINGKUNGAN TERDEKAT)




Oleh :
1.               Felix Nugraha Putra          (14)
2.               Nining Nur Hidayah          (24)
3.               Ririn Faizah                        (28)
4.               Tiara Putri Salsabila          (31)
5.               Wiku Yoga Athoriq           (37)

X MIPA 1
SMAN 1 BLITAR

Kata Pengantar


            Puji syukur senantiasa kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan tugas makalah mata pelajaran sejarah yang berjudul “Hasil Budaya Pra Aksara di Indonesia Berdasarkan Tipologi” ini.
           
            Pada kesempatan kali ini tidak lupa kami sampaikan terima kasih kepada  Ibu Guru yang telah membimbing dan melimpahkan ilmunya kepada kami. Tak lupa juga kami sampaikan terima kasih kepada teman-teman dan semua pihak yang telah membantu kami dalam menyelesaikan makalah ini.

            Kami juga menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan, kekeliruan, dan masih jauh dari kata sempurna. Maka dari itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran atas penulisan makalah ini selanjutnya.

            Semoga makalah ini bermanfaat bagi para pembaca.


                                                                                    Blitar,  September 2015



                                                                                                Penyusun

           




DAFTAR ISI































BAB I
PENDAHULUAN


1.1  Latar Belakang

Indonesia adalah Negara kepulauan yang memiliki kebudayaan yang beraneka ragam. Sedangkan itu sendiri adalah hal-hal yang bersangkutan dengan budi dan akal manusia (Koentjaraningrat, 1989; 45). Keanekaragaman itu terlihat dari beragamnya suku-suku bangsa yang mendiami wilayah Indonesia dari Sabang sampai Merauke. Selain itu, masing-masing daerah memiliki ciri khas kebudayaan yang membedakan budaya setempat dengan budaya daerah yang lain. Sehubungan dengan hal itu, timbulnya suatu kebudayaan tentunya tidak terlepas dari perkembangan sejarah manusia sejak zaman prasejarah.
Di Indonesia kebudayaan telah berkembang sejak zaman prasejarah, hal ini terlihat dari banyaknya peninggalan-peninggalan prasejarah ataupun peninggalan-peninggalan kebudayaan manusia purba. Salah satu peninggalan presejarah adalah alat dari tulang dan kapak genggam yang dihasilkan oleh manusia purba pada masa berburu tingkat lanjut. Peninggalan tersebut ditemukan di daerah sampung (Gua Lawah), Besuki (Gua Petpuruh, Sodong, Marjan), dan di Bali (Gua Karang Bomo I dan II, Pecatu, dan Badung). Hal ini mencerminkan bahwa pengetahuan manusia terus berkembang.



1.2   Rumusan Masalah
1.2.1                  Bagaimana kebudayaan zaman pra aksara dimulai?
1.2.2                  Bagaimana tipologi hasil budaya pra aksara di Indonesia?


1.3   Tujuan
1.3.1                  Mengetahui proses kebudayaan zaman pra aksara dimulai
1.3.2                  Mengetahui tipologi hasil budaya pra aksara di Indonesia


1.4   Manfaat
1.4.1                 Memberikan informasi langsung tentang hasil budaya pra aksara di Indonesia
1.4.2                 Dapat menjadi informasi berharga bagi para penulis guna menciptakan tulisan yang lebih bermanfaat bagi masyarakat 

BAB II
KAJIAN PUSTAKA

            Untuk makalah yang berjudul “Hasil Budaya Pra Aksara di Indonesia Berdasarkan Tipologi (Lingkungan Terdekat)”, dari penelusuran yang telah dilakukan, ditemukan dari beberapa sumber pustaka media non cetak



BAB III
PEMBAHASAN

1.3.1    Zaman Pra Aksara
            Proses zaman pra aksara adalah sebagai berikut:
1.      Zaman Paleolitikum
Kebudayaan paleolitikum merupakan kebudayaan batu tua yang pertama kali muncul pada zaman praaksara. Oleh karena zamannya yang merupakan batu tua, hasil kebudayaannya pun masih sangat sederhana sekali. Sifatnya masih kasar dan dan belum diasah halus.
Zaman Paleolitikum ini merupakan zaman tertua di Indonesia, berbagai peralatan peninggalan zaman ini telah di temukan di pulau Jawa dan luar Jawa. Pada zaman ini di Indonesia dikenal dua kebudayaan, yaitu kebudayaan Pacitan dan Ngandong. Kebudayaan Pacitan di temukan tahun 1935 oleh Von Koenigswald di daerah Pacitan. Ciri kebudayaan pacitan yaitu alat-alat dari batu yang berfungsi sebagai kapak dan berbentuk tidak bertangkai atau kapak genggam. Alat tersebut diperkirakan milik manusia jenis Pithecantropus Erectus. Sementara kebudayaan Ngandong ditemukan di daerah Ngandong dan sidoarjo dengan alat-alat yang ditemukan berupa alat dari tulang, kapak genggam, alat penusuk dari tanduk rusa, dan flake (alat-alat yang terbuat dari batu kecil). Selain di ngandong alat-alat ini juga ditemukan di Cabbenge (Sulawesi Selatan).


Ciri-ciri kebudayaan Paleolitikum :
A. Alat Kasar
B. Keadaan Alam Labil
C. Pola Pikir Sederhana
D. Hidup Berpindah – Pindah
E. Bertahan Hidup Dengan Cara Berburu


2.      Zaman Mesolitikum
Kebudayaan Mesolitikum merupakan kebudayaan lanjutan dari Paleolitikum. Atau dikenal dengan sebutan zaman batu tengah.  Ketika manusia praaksara mulai berkembang tingkat intelegensia, mereka mulai menghasilkan benda-benda yang sudah lebih kompleks.
Kehidupan pada masa ini masih berburu , namun mereka sudah mempunyai tempat tinggal agak tetap dan bercocok tanam sederhana. Seorang peneliti jerman bernama Van Stein Callenfels membedakan kebudayaan Mesolitikum menjadi tiga.
a.       Kebudayaan Pebble di Sumatra Timur 
Kjokkenmoddinger merupakan ciri utama kebudayaan ini. Peradaban ini ditemukan di Aceh Tamiang, gua Kepah Sumatra dan Kawal Darat Bintan. Pada tahun 1925 Dr. P.V. Van Stein Callenfels, melakukan penelitian di bukit kerang di sepanjang pantai Timur Sumatra yakni langsa dan medan dan hasilnya banyak ditemukan kapak genggam namun berbeda dengan kebudayaan Paleolitikum karena lebih halus. Kapak genggam pada zaman ini disebut Pabble (kapak genggam dari sumatra/sumatralith). Bentuk kapak ini bulat, dibuat dri batu kali dengan cara membelah batu menjadi dua bagian dan bagian belahan tersebut diasah lebih lanjut sehingga menjadi agak halus. Selain pabble pada masa ini juga ditemukan kapak pendek dengan bentuk setengah lingkaran seperti kapak genggam (chopper). Mereka juga menggunakan batu pipih dan batu landasan untuk menggiling makanan dan membuat cat merah
b.      Kebudayaan tulang di Sampung
Kebudayaan tulang di Sampung, Ponorogo, Jawa Timur di temukan di Abris Sous Roche, yaitu gua-gua yang digunakan untuk tempat tinggal. Alat-alat yang ditemukan oleh van Stei Callenfels pada tahun 1928-2931 di gua Lawa, Sampung berupa ujung panah dan flakes, kapak yang sudah diasah, alat dari tulang dan tanduk rusa. Disana juga ditemukan Pabble yang merupakan inti dari kebudayaan mesolitikum.
c.       Kebudayaan Flakes di Toala
Abris Sous Roche juga ditemukan di Sulawesi Selatan. Disana ditemukan flake,ujung panah yang sisinya bergerigi dan pabble.

Ciri-Ciri Kebudayaan Mesolitikum
A. Telah Mampu Membuat Gerabah
B. Tempat Tinggal Tetap
C. Dikembangkannya Alat Batu yang Digunakan Pada Masa Paleolitikum

3.      Zaman Megalitikum
Megalitikum berasal dari kata mega yang berarti besar, dan lithos yang berarti batu. Zaman Megalitikum biasa disebut dengan zaman batu besar, karena pada zaman ini manusia sudah dapat membuat dan meningkatkan kebudayaan yang terbuat dan batu-batu besar. kebudayaan ini berkembang dari zaman Neolitikum sampai zaman Perunggu. Pada zaman ini manusia sudah mengenal kepercayaan. Walaupun kepercayaan mereka masih dalam tingkat awal, yaitu kepercayaan terhadap roh nenek moyang, Kepercayaan ini muncul karena pengetahuan manusia sudah mulai meningkat.

Ciri-Ciri Kebudayaan Megalitikum : sudah mengenal kepercayaan utamanya yaitu animisme dan dinamisme.

Sistem kepercayaan 
·         Animisme
Yaitu kepercayaan kepada nenek moyang terhadap roh ( jiwa ) nenek moyang yaang telah meninggal dan masih berpengaruh terhadap kehidupan di dunia.
·         Dinamisme
Yaitu paham kepercayaan terhadap benda – benda yang dianggap memiliki kekuatan gaib
·         Totemisme
Yaitu paham kepercayaaan yang menganggap suci / memiliki kekuatan supranatural roh binatang tertentu seperti harimau, sapi, ular, dan kucing.


4.      Zaman Neolitikum
Zaman neolitikum (zaman batu baru) kehidupan masyarakatnya semakin maju. Manusia tidak hanya sudah hidup secara menetap tetapi juga telah bercocok tanam. Masa ini penting dalam sejarah perkembangan masyarakat dan peradaban karena pada masa ini beberapa penemuan baru berupa penguasaan sumber-sumber alam bertambah cepat. Berbagai macam tumbuh-tumbuhan dan hewan mulai dipelihara dan dijinakkan. Hutan belukar mulai dikembangkan, untuk membuat ladang-ladang. Dalam kehidupan bercocok tanam ini, manusia sudah menguasai lingkungan alam beserta isinya.

Ciri-Ciri  Kebudayaan Neolitikum:
a.       Bergotong Royong
b.      Sikap terhadap alam kehidupan sudah mati
c.       Meningkatkan kemampuannya dalam membuat alat kehidupan.

5.      Kebudayaan Perundagian
Setelah kedatangan kebudayaan Bacson Hoabinh masyarakat praaksara di Indonesia kedatangan kebudayaan baru yaitu Dongson. Kebudayaan ini memperkenalkan penggunaan logam sebagai bahan dasar pembuatan alat-alat pendukung kehidupan.
Pengetahuan tentang pengolahan logam dengan teknik setangkap (bivalve) dan acire perdue (membuat cetakannya terlebih dahulu dari lilin).


1.3.2    Tipologi Hasil Kebudayaan Pra Aksara di Indonesia

1.      Hasil Kebudayaan Paleolitikum
·         Kapak Genggam : Kapak sangat efektif digunakan dalam kegiatan berburu dan mengumpulkan makanan (mengorek umbi-umbian, memotong dan menguliti daging). Ditemukan di daerah Pacitandan pantai selatan.

·         Alat-Alat Tulang : Tujuannya sebagai ujung tombak yang berbentuk gerigi untuk menombak ikan

·         Alat Serpih Bilah (Flakes) : batu pecahan sisa pembuatan kapak genggam yang dibentuk menjadi tajam. Digunakan sebagai pisau (memotong daging dan mengupas umbi-umbian), gurdi (membuat lubang pada kulit), dan tombak (menusuk binatang buruan)




2.      Zaman Mesolitikum
·         Kapak Persegi dan Kapak Lonjong : Ditemukan di daerah Maluku, Papua, Sulawesi Utara, dan Flores

·         Beliung dan Bejana : diguanakan sebagai kapak untuk memotong kayu dan cangkul untuk mengolah tanah. Ditemukan di  Sumatra, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, dan Nusa Tenggara.

3.      Zaman Megalitikum
·         Menhir : Tugu batu yang dibuat sebagai sarana penambahan arwah nenek moyang. Dapat ditemukan di daerah Pasemah, Sumatera Selatan

·         Dolmen : Meja batu yang menjadi tempat sesaji dan pemujaan kepada nenek moyang. Ditemukan di Cipari, Kuningan, Bondowoso, dan Jember.

·         Punden Berundak : Bangunan pemujaan yang tersusun bertingkat-tingkat dan fungsinya sebagai tempat pemujaan terhadap roh nenek moyang. Dapat ditemukan di Lebak Sibedug (Banten Selatan)
\

·         Sarkofagus : bentuknya seperti palung lesung, tetapi mempunyai tutup. Ditemukan di Samosir, Sumatera Utara.

·         Kubur batu : ditemukan rangka manusia yang sudah rusak, alat-alat perunggu dan besi, serta manik-manik. Ditemukan di daerah Cipari, Kuningan, Cirebon, Wonosari, dan Cepu.
·         Arca-arca : berbentuk manusia atau hewan. Ditemukan di daerah Pasemah (Sumatra Selatan).

4.      Zaman Neolitikum
5.      Kebudayaan Perundagian
·         Mata tombak
·         Pisau
·         Pedana
·         Perhiasan dan manik-manik : bentuknya berupa gelang tangan, gelang kaki, anting-anting, kalung, bandul, dan cincin. Ditemukan di daerah Bogor, Bali, dan Malang.
·         Moko : nekara tipe pejeng dengan bentuk dasarnya lonjong seperti genderang berbagai ukuran. Berfungsi sebagai perlengkapan upacara dan tari-tarian adat, serta sebagai alat tukar dan simbol status social. Banyak ditemukan di Pulau Alor.

·         Lalu ada peninggalan di Bali hingga di Nusa Tenggara ditemukan benda-benda: nekara,perunggu,moko,candrasa (kapak corong) dam arca patung yg terbuat dari logam.

Related Posts

No comments: