PENGARUH MAKANAN CEPAT SAJI TERHADAP
DAYA TARIK MAKANAN KHAS DAERAH
Oleh:
Agnes Olyvia Mariyadi
Stefanous Byan
Arianta
X MIPA 1
SMAN 1 KOTA BLITAR
TAHUN PELAJARAN 2015/2016
HALAMAN PENGESAHAN
HALAMAN PENGESAHAN
Judul Karya Tulis
: “Pengaruh
Makanan Cepat Saji Terhadap Daya Tarik Makanan Khas Daerah”
Disusun
Oleh : 1.
Agnes Olyvia Mariyadi
2. Stefanous Byan Arianta
Kelas : X MIPA 1
Sekolah : SMAN 1 BLITAR
Alamat Sekolah : Jalan Ahmad Yani No. 112 Kota Blitar, Jawa Timur
Kategori Bidang Penelitian : Sosiologi
Guru Pembimbing :
Dra. Hj. Latifah, M.Pd
Blitar, Maret 2016
|
|
|
|
|
Mengetahui,
ABSTRAK
ABSTRAK
Agnes
Olyvia Mariyadi dan Stefanous Byan Arianta (2016). Pengaruh Makanan Cepat
Saji Terhadap Daya Tarik Makanan Khas Daerah. Sekolah Menengah Atas Negeri
1 Kota Blitar. Pembimbing: Dra. Hj. Latifah, M.Pd.
Kata Kunci : Makanan cepat saji, Makanan khas Daerah
Makanan merupakan kebutuhan primer
setiap manusia. Makanan memegang peranan penting bagi kelangsungan hidup
manusia. Pada jaman sekarang, manusia semakin dimudahkan dalam memenuhi
kebutuhan makanan. Contoh yang dapat kita lihat saat ini adalah maraknya
penyedia makanan cepat saji. Makanan jenis ini berkembang luas karena anggapan
bahwa segala sesuatu yang berasal dari barat, termasuk makanan cepat saji lebih
maju, modern, dan mengandung prestise (wibawa).
Hal tersebut merubah pola hidup masyarakat dari yang semula sederhana
menjadi konsumtif. Bahkan masyarakat Indonesia lebih memilih makanan cepat saji
dibandingkan makanan khas daerahnya. Padahal jika dilihat dari segi gizi maupun
bahan pumbuatannya, jelas makanan khas daerah lebih unggul.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah
makanan cepat saji memiliki banyak perbedaan dengan makanan khas daerah,
seperti asal, jenis, kandungan, dan lain-lain. Makanan cepat saji memang
berpengaruh terhadap daya tarik makanan khas daerah, tetapi pengaruh tersebut
tidak dapat dinilai secara langsung melainkan tergantung pada pola pikir setiap
orang. Dengan keadanan ini, diperlukan suatu usaha untuk mendorong para
generasi muda agar mencintai dan mau melestarikan makanan khas daerah.
KATA
PENGANTAR
Puji syukur kami
panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat, karunia, taufik
dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan karya tulis tentang Pengaruh makanan
cepat saji terhadap makanan khas daerah ini tepat pada waktunya. Karya tulis
ilmiah ini disusun sebagai syarat kenaikan kelas.
Kami
menyucapkan terima kasih kepada Ibu Latifah yang telah membimbing kami dalam
menyelesaikan tugas karya tulis ilmiah ini. Tidak lupa kami ucapkan terima
kasih kepada orang tua dan teman-teman
yang telah mendukung dan membantu baik dalam bentuk materi dan informasi
sehingga karya ini dapat selesai tepat waktu.
Kami
berharap karya tulis ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan pengaruh
makanan cepat saji terhadap daya tarik makanan khas daerah. Kami juga menyadari
sepenuhnya bahwa di dalam karya tulis ini terdapat kekurangan dan jauh dari
kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran, dan usulan
demi perbaikan karya tulis yang telah kami buat di masa yang akan dating,
mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.
Semoga
karya tulis sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.
Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun
orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan
kata-kata yang kurang berkenan dan kami mohon kritik dan saran yang membangun
dari Anda demi perbaikan karya tulis ini diwaktu yang akan datang.
Blitar,
Maret 2015
Penyusun
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL. ............................................................................................. i
HALAMAN PENGESAHAN................................................................................ ii
ABSTRAK............................................................................................................. iii
KATA PENGANTAR........................................................................................... iv
DAFTAR ISI........................................................................................................... v
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang Masalah........................................................................ 1
1.2 Identifikasi Masalah.............................................................................. 2
1.3 Pembatasan Masalah............................................................................. 2
1.4 Rumusan Masalah................................................................................. 2
1.5 Tujuan Penelitian................................................................................... 3
1.6 Manfaat Penelitian................................................................................ 3
BAB II KAJIAN PUSTAKA................................................................................. 4
2.1 Deskripsi Teori..................................................................................... 4
2.2 Penelitian Relevan............................................................................... 8
2.3 Kerangka Berpikir................................................................................ 9
2.4 Hipotesis Penelitian............................................................................. 9
BAB III METODE PENELITIAN....................................................................... 10
3.1 Lokasi Penelitian................................................................................ 10
3.2 Waktu Penelitian................................................................................ 10
3.3 Bentuk dan Strategi Penelitian.......................................................... 10
3.4 Sumber Data...................................................................................... 11
3.5 Teknik Pengumpulan Data................................................................. 12
3.6 Teknik Cuplikan atau Sampling......................................................... 12
3.7 Validitas Data.................................................................................... 13
3.8 Teknik Analisis.................................................................................. 14
BAB IV HASIL PENELITIAN........................................................................... 15
4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian............................................................... 15
4.2 Pokok-pokok Temuan Penelitian...................................................... 16
4.3 Pembahasan atau Analisis................................................................. 18
BAB V PENUTUP................................................................................................ 35
5.1 Kesimpulan....................................................................................... 35
5.2 Saran................................................................................................. 36
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................... 37
LAMPIRAN.......................................................................................................... 38
DATA DIRI PENULIS........................................................................................ 40
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Makanan merupakan kebutuhan primer
setiap manusia. Makanan memegang peranan penting bagi kelangsungan hidup
manusia. Manusia tidak bisa hidup tanpa mengkonsumsi makanan. Pada zaman
dahulu, manusia memenuhi kebutuhan makanan dengan berburu dan meramu.
Berkembang ke zaman berikutnya, manusia mulai mengenal sistem cocok tanam dan
berternak. Berbeda dengan jaman sekarang, manusia semakin dimudahkan dalam
memenuhi kebutuhan makanan. Contoh yang dapat kita lihat saat ini adalah
maraknya penyedia fast food atau makanan cepat saji. Kecepatan penyajian dan
pelayanan oleh restoran cepat saji menyebabkan banyak masyarakat yang hampir
tidak memiliki waktu luang beralih mengkonsumsi makanan cepat saji karena
dinilai lebih efektif dan efisien. Selain itu Makanan cepat saji digemari oleh
berbagai kalangan masyarakat karena rasanya yang lezat dan harga yang
terjangkau. Namun masyarakat tidak terlalu memikirkan dampak negatif yang dapat
ditimbulkan akibat terlalu banyak mengkonsumsi makanan cepat saji.Masyarakat
Indonesia beranggapan bahwa segala sesuatu yang berasal dari barat, termasuk
makanan cepat saji lebih maju, modern, dan mengandung prestise (wibawa).
Hal tersebut merubah pola hidup
masyarakat dari yang semula sederhana menjadi konsumtif. Bahkan masyarakat
Indonesia lebih memilih makanan cepat saji dibandingkan makanan khas daerahnya.
Belakangan ini di daerah Blitar dan sekitarnya telah muncul restoran-restoran
cepat saji seperti KFC, Quick chicken, dan lain sebagainya. Masyarakat Blitar
pun banyak yang lebih memilih makanan cepat saji dari restoran-restoran
tersebut dibanding makanan khas daerahnya, seperti nasi pecel, wajik kletik,
geti, dan lain-lain.
Oleh sebab itu, kami mengangkat
persoalan ini sebagai objek yang akan kami teliti. Karena kami ingin mengetahui
lebih jauh mengenai judul yang kami angkat, yaitu “Pengaruh makanan cepat saji
terhadap daya tarik makanan khas daerah” . Seperti apa itu makanan cepat saji,
bagaimana dampaknya terhadap makanan khas daerah, dan sebagainya. Juga untuk
mendorong masyarakat agar mengkonsumsi serta melestarikan makanan khas daerah.
Kondisi yang kami harapkan setelah
dituliskannya karya tulis ini adalah untuk memberi kemungkinan terkecil
tergesernya makanan khas daerah akibat munculnya makanan cepat saji di daerah
Blitar. Karena makanan khas daerah lebih sehat dan memiliki ciri khas daerah
tersebut.
1.2 Identifikasi
Masalah
Berdasarkan dari objek yang kami teliti,
kami menyimpulkan beberapa masalah yang kami temukan, antara lain :
1.
Pengaruh makanan cepat saji adalah daya tarik yang ada atau timbul dari
makanan cepat saji.
2.
Daya tarik makanan khas daerah adalah kemampuan makanan khas daerah
untuk menarik selera masyarakat.
1.3 Pembatasan
Masalah
Agar fokus penelitian menjadi jelas dan
terarah, Masalah dalam penelitian ini dibatasi pada masalah pengaruh makanan
cepat saji terhadap daya tarik makanan khas daerah, terutama daerah Blitar dan
sekitarnya. Pertimbanganya adalah banyak makanan khas daerah Blitar yang kini
kurang diminati masyarakat setempat dibanding makanan cepat saji yang kian
marak ditemui.
1.4
Rumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah tersebut,
maka permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Apa
perbedaan antara makanan cepat saji dan makanan khas daerah?
2. Bagaimana
dampak makanan cepat saji terhadap daya tarik makanan khas daerah?
3. Mengapa
makanan khas daerah kurang diminati oleh masyarakat dibanding makanan cepat
saji?
4. Bagaimana
upaya dalam meningkatkan konsumsi makanan khas daerah di daerah Blitar?
1.5 Tujuan
Penelitian
Penelitian ini memiliki tujuan sebagai berikut :
1. Mengetahui
tentang perbedaan antara makanan cepat saji dan makanan khas daerah.
2. Mengetahui
dampak makanan cepat saji terhadap daya tarik masyarakat
yang menurun
untuk mengkonsumsi makanan khas daerah.
3. Mengetahui
penyebab menurunnya peminatan masyarakat terhadap
makanan khas
daerah dibanding makanan cepat saji.
4. Untuk
meningkatkan konsumsi makanan khas daerah di daerah Blitar dan memperkenalkan
makanan khas daerah kepada masyarakat
1.6 Manfaat
Penelitian
1.6.1 Manfaat bagi penulis :
1. Menambah
wawasan penulis mengenai pengaruh makanan cepat saji terhadap daya tarik
makanan khas daerah.
2. Memperoleh pengalaman baru dalam menulis karya
ilmiah.
1.6.2 Manfaat bagi pembaca :
1. Menambah
informasi atau wawasan pembaca mengenai pengaruh makanan cepat saji terhadap
daya tarik makanan khas daerah.
2. Sebagai
referensi dalam menulis karya ilmiah.
1.6.3 Manfaat bagi instansi :
1. Menambah
referensi sekolah mengenai karya tulis ilmiah yang berjudul “Pengaruh makanan
cepat saji terhadap daya tarik makanan khas daerah yang menurun.”
2. Memberi
nilai tambah yang positif bagi sekolah.
BAB
II
KAJIAN
PUSTAKA
2.1 Deskripsi
Teori
2.1.1
Pengertian Makanan
Cepat Saji
Terdapat
beberapa definisi dari makanan cepat saji, Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia,
makanan cepat saji adalah makanan yang pengolahannya dan penyajiannya dilakukan
dengan serba cepat.
Berikutnya
definisi menurut Wikipedia, makanan cepat saji adalah istilah untuk makanan
yang dapat disiapkan dan dilayankan dengan cepat. Makanan cepat saji yang
dimaksud adalah jenis makanan yang dikemas, mudah disajikan, praktis, atau
diolah dengan cara sederhana.
Bertram
(1975) mendefinisikan fast food sebagai makanan yang dapat disiapkan dan
dikonsumsi dalam waktu yang singkat.
Oxford
dictionary mendefinisikan fast food sebagai makanan yang dapat diolah dan
disajikan dalam waktu yang singkat dan mudah dalam hitungan beberapa menit,
terutama di snack bar atau rumah makan. Makanan cepat saji yang beredar saat
ini tercatat 500-600 jenis.
2.1.2
Pengertian Junk Food
Junk
food (makanan sampah) adalah istilah yang
mendeskripsikan makanan yang tidak sehat, yang memiliki hanya sedikit kandungan
nutrisi, rendah serat, vitamin, dan mineral tetapi memiliki kandungan gula,
kalori, lemak, garam, dan zat aditif yang tinggi.
2.1.3
Pengertian Makanan Khas
Daerah
Makanan
khas daerah adalah makanan dan minuman yang biasa dikonsumsi oleh masyarakat
tertentu, dengan citarasa khas yang diterima oleh masyarakat tersebut.
Berdasrkan
kamus umum bahasa Indonesia (1976:1088) tradisional memiliki makna sebagai
sesuatu yang sifatnya turun temurun dan menurut adat suatu daerah atau kawasan,
sedangkan makanan memiliki artu sebagai sesuatu yang dimasukkan melalui mulut
yang berfungsi memberi nutrisi kepada tubuh sehingga pengertian makanan tradisional
secara sederhana berarti sebagai segala sesuatu yang dikonsumsi masyarakat
suatu daerah secara turun temurun guna memenuhi kebutuhan nutrisi bagi tubuhnya.
Pendapat
Ernayanti (2003:2) dalam ensiklopedia makanan tradisional di Pulau Jawa dan
Pulau Madura memberikan pengertian tentang makanan tradisional memiliki nilai
budaya, tradisi, serta kepercayaan bersumber pada budaya lokal. Sangat
berpengaruh terhadap pola makan suku-suku di Indonesia, termasuk diantaranya
pemilihan bahan mentah, corak, dan tradisi makan serta kebiasaan makan dan cara
penyajian. Makanan tradisional suatu daerah bisa menjadi cermin peradapan dan
budaya suatu daerah, akan tepat disuguhkan serta dinikmati oleh masyarakat
setempat pula.
2.1.4
Pengertian Konsumen
Menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia, pengertian konsumen adalah (1) pemakai barang
hasil produksi (bahan pakaian, makanan, dan sebagainya), (2) penerima pesan
iklan, (3) pemakai jasa (pelanggan dan sebagainya).
Menurut
Philip Kotler, pengertian konsumen adalah semua individu dan rumah tangga yang
membeli atau memperoleh barang atau jasa untuk dikonsumsi pribadi.
Menurut
Aziz Nasution, konsumen pada umumnya adalah setiap orang yang mendapatkan
barang atau jasa digunakan untuk tujuan tertentu.
Menurut
Tri Kunawangsih dan Anto Pracoyo, konsumen adalah mereka yang memiliki daya
beli, yakni berupa pendapatan dan melakukan permintaan terhadap barang dan jasa
Sedangkan
menurut Undang Undang Perlindungan Konsumen, pengertian konsumen adalah setiap
orang pemakai barang atau jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik bagi diri
sendiri, keluarga, orang lain, maupun makhluk hidup lain dan tidak untuk
diperdagangkan
2.1.5
Pengertian Produsen
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, produsen
adalah penghasil barang.
Menurut
Magfuri, produsen adalah seseorang atau sekelompok orang yang melakukan segala
kegiatan untuk menciptakan atau menambah guna atas suatu benda yang ditunjukkan
untuk memuaskan orang lain melalui pertukaran.
Menurut Imamul Arifin, produsen merupakan seseorang
atau sekelompok orang yang melakukan proses kegiatan produksi atau aktivitas
ekonomi dengan memanfaatkan faktor produksi.
2.1.6
Perbedaan Fast Food
dengan Junk Food
Kehadiran
fast food langsung disukai oleh masyarakat karena cocok untuk gaya hidup
orang modern. Cara penyajiannya cepat sehingga semua orang bisa menyantapnya
sambil berdiri atau berjalan, bahkan sambil berjalan-jalan di taman kota.
Bertahun-tahun gaya hidup serba instan itu berjalan, sampai akhirnya mereka
tersadar bahwa maraknya fast food telah membuat jumlah orang gemuk di AS
juga meningkat tajam. Sebenarnya fast food tidak sama dengan junk
food (makanan sampah yang hanya padat kalori). Tidak semua fast food bisa disebut junk food. Yang penting
dilakukan adalah bagaimana mengatur frekuensi makan fast food agar tidak
dikonsumsi secara berlebihan. Fast food adalah makanan yang bisa
disajikan dalam jangka waktu yang singkat, sedangkan junk food adalah
kata lain untuk makanan yang jumlah kandungan nutrisinya terbatas. Umumnya yang
termasuk dalam golongan junk food adalah makanan yang kandungan garam,
gula, lemak, dan kalorinya tinggi, tetapi kandungan gizinya sedikit.
2.1.7
Perkembangan Makanan
Cepat Saji
Makanan
cepat saji mulai dikenal sejak abad 19 M. Seiring dengan dimulainya era
industri di Amerika Serikat. Saat itu, masyarakat harus beradaptasi dengan
dunia kerja industri yang serba cepat. Mereka harus bekerja sekitar 10 jam
sehari dengan waktu istirahat yang pendek. Dengan demikian, masyarakat harus
dapat memanfaatkan waktu makannya sebaik mungkin. Pada saat itu, makanan cepat saji
masih berupa snack yang dijual di kios-kios.
a. Britania
Raya
Makanan cepat saji telah ada di
Britania Raya sejak setidak-tidaknya
zaman Romawi, meskipun perbedaan antara menu makanan cepat saji dan
restoran-restoran siap saji kasual kadang-kadang tidak jelas. Sebelum zaman
modern, makanan cepat saji di negara ini termasuk pie daging dan pastri serta
gorengan dan berbagai jenis kue. Pada Abad Pertengahan di berbagai kota besar
bisa ditemukan toko pie atau dapur-dapur yang menjual makanan seperti ini. Pub
dan kedai minuman setempat juga memberikan berbagai jenis "makanan cepat
saji", meskipun tidak selalu tersedia cepat.
b. Amerika
Serikat
Pada
1867, Charles Feltman, seorang tukang daging Jerman, membuka tempat penjualan
hot dog pertama di Coney Island di Brooklyn, New York City, meskipun asal usul
istilah ini masih diperdebatkan. World's Columbian Exposition (Chicago 1893)
dan St. Louis World's Fair pada 1904 disebut sebagai promosi masal pertama
untuk sejumlah makanan yang siap dibawa, termasuk hot dog, kerucut es krim dan
teh es.Pada abad ke-20, bisnis gerai-gerai makanan cepat saji semakin menyebar
hingga ke kawasan lain, seperti Afrika, Australia, dan Asia termasuk Indonesia
dengan konsep waralaba.
2.1.8
Perkembangan Makanan
Khas Daerah
Karakter masakan di suatu daerah biasanya
mencerminkan karakter masyarakatnya. Daerah pegunungan mengahasilkan masakan
dari sayur mayur. Karena iklim pegunungan yang dingin, umumnya masakannya serba
panas atau pedas, untuk mengahangatkan badan. Penduduk di daerah pesisir sering
kontak dengan orang asing atau daerah lain sehingga melahirkan banyak masakan
campuran yang ikut memperkaya produk makanan khas daerah. Makanan khas daerah
dipengaruhi oleh kebiasaan makan masyarakat masyarakat dan menyatu didalam
sistim sosial budaya berbagai golongan etnik di daerah-daerah. Makanan tersebut
disukai karena rasa, tekstur, dan aromanya sesuai dengan seleranya. Demikian
juga dengan kebiasaan makanan khas daerah umumnya tidak mudah berubah, walaupun
anggota etnik bersangkutan pindah ke daerah lain.
2.2
Penelitian Relevan
Hasil
penelitian yang relevan terkait penulisan karya ilmiah ini adalah sebagai
berikut :
1. Vania
Pricilia. 2015. Judul penelitian adalah Pengaruh Makanan Luar Negeri Terhadap
Makanan Tradisional dan Kesehatan Masyarakat Indonesia. Masalah yang dikaji
dalam penelitian ini adalah dampak makanan luar negeri, baik itu dampak
terhadap makanan tradisional maupun terhadap kesehatam masyarakat. Penelitian
ini menggunakan metode deskriptif kualitatif. Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa makanan luar negeri mampu menggeser makanan tradisional. Maksud dari pernyataan makanan luar negeri
mampu menggeser makanan tradisional adalah beredarnya makanan luar negeri di
berbagai daerah telah menyebabkan pola makan masyarakat berubah. Masyarakat
menjadi sangat konsumtif terhadap makanan luar negeri , sehingga masyarakat
mulai mengabaikan makanan tradisional.
2.3 Kerangka
Berpikir
|
|||||||||||||||
2.4 Hipotesis
Penelitian
Hipotesis
atau dugaan sementara peneliti tentang penelitian yang dilakukan adalah
peneliti menduga bahwa maraknya makanan cepat saji yang beredar di daerah
Blitar dan sekitarnya mempengaruhi penjualan dan daya tarik makanan khas
daerah. Pengaruh tersebut berupa penurunan minat masyarakat untuk membeli dan mengkonsumsi
makanan khas daerah dibandingkan makanan cepat saji.
Selanjutnya,
untuk mengetahui kebenaran dari hipotesis tersebut maka peneliti melakukan
penelitian yang berdasar pada tujuan yang ingin dicapai.
BAB
III
METODOLOGI
PENELITIAN
3.1 Lokasi
Penelitian
Penelitian
ini dilaksanakan di daerah Blitar dan sekitarnya khususnya SMA Negeri 1 Blitar
dan UD makanan khas daerah.
3.2 Waktu Penelitian
Penelitian
ini dilaksanakan dari bulan Februari 2016 sampai bulan Maret 2016.
3.3 Bentuk dan Strategi Penelitian
3.3.1
Bentuk Penelitian
Bentuk
penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif dan penelitian
fenomenologis. Penelitian kualitatif
yaitu penelitian yang menghasilkan karya ilmiah yang menggunakan data
deskriptif yang berupa kata-kata tertulis atau lisan dengan orang-orang atau
perilaku yang dapat diamati terhadap status kelompok orang atau manusia, suatu
obyek, dan suatu kelompok kebudayaan (Lexy J. Moleong 1991: 3). Metode
deskriptif dapat diartikan sebagai prosedur pemecahan masalah yang diselidiki
dengan menggambarkan atau melukiskan keadaan subyek atau obyek penelitian
(seseorang, lembaga, dan masyarakat) pada saat sekarang berdasarkan pada
fakta-fakta yang tampak (Hadari Nawawi, 1995: 63).
Penelitian
fenomenologi mencoba menjelaskan atau mengungkap makna konsep atau fenomena
pengalaman yang didasari oleh kesadaran yang terjadi pada beberapa individu.
Penelitian ini dilakukan dalam situasi
yang alami, sehingga tidak ada batasan dalam memaknai atau memahami
fenomena yang dikaji. Menurut Creswell (1998:54), pendekatan fenomenologi
menunda semua penelitian tentang sikap yang dialami sampai ditemukan dasar
tertentu. Penundaan ini biasa disebut epoche (jangka waktu). Konsep epoche
adalah membedakan wilayah data (subjek) dengan interpretasi peneliti. Konsep epoche
menjadi pusat dimana peneliti menyusuk dan mengelompokkan dugaan awal tentang
fenomena untuk mengerti tentang apa yang dikatakan oleh responden.
3.3.2
Strategi Penelitian
Strategi
peneltian yang digunakan adalah fenomenologis. Penelitian fenomenologi berawal
dari gejala atau fenomena sosial yang terjadi dalam masyarakat. Dalam
penelitian ini, peneliti berusaha menafsirkan atau menginterpretasikan makna
fenomena dengan teori yang sesuai karakteristik fenomena tersebut. Penelitian
ini dilakukan dalam situasi yang alami dan apa adanya.
3.4 Sumber Data
Hasil penelitian deskriptif ditentukan oleh kualitas
data, dan bukan oleh banyaknya data. Data yang berkualitas adalah data yang
representative dan menyeluruh, maksudnya dapat mewakili ciri-ciri yang dipunyai
kelompok yang lengkap. Oleh sebab itu data yang diambil dalam penelitian ini
dipilih secara cermat. Data dalam penelitian ini diambil dari wawancara,
observasi, dan browsing. Wujud data yang dianalisis dalam penelitian ini adalah
teks lisan dan tulis (campuran). Teks ini diperoleh dari transkripsi wacana
wawancara narasumber (pemilik usaha makanan khas daerah) yang sudah direkam.
Teks yang masih dalam bentuk lisan tentunya tidak dapat langsung dianalisis,
untuk itu teks yang masih berbentuk lisan ditranskripsi sehingga membentuk
teks. Teks tersebut selanjutnya
dianalisis sesuai dengan masalah penelitian ini dengan mempertimbangkan aspek
konteks dan wacananya. Dengan mempertimbangkan tujuan yang hendak dicapai,
dalam penelitian ini panjang data dibatasi berdasarkan jumlah wacananya.
Setelah itu data diseleksi berdasarkan hal-hal yang berkaitan dengan penelitian
atau hal-hal yang ingin diketahui penulis. Agar dapat diperoleh data yang
berkualitas, data tersebut diseleksi lagi berdasarkan teknik penyampaian pesan (monolog,dialog,
dan percakapan). Hal ini dilakukan agar data yang diambil dapat mewakili
kelompoknya. Data penelitian ini diambil pada bulan Februari 2016.
3.5 Teknik
Pengumpulan Data
Teknik
pengumpulan data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Observasi
Obrservasi
merupakan salah satu teknik pengumpulan data yang tidak hanya mengukur sikap
dari responden namun juga dapat digunakan untuk merekam berbagai fenomena yang
terjadi (situasi, kondisi). Teknik ini ditujukan untuk mempelajari perilaku
manusia, proses kerja, gejala-gejala alam dan dilakukan pada responden yang
tidak terlalu besar.
2. Wawancara
Data
dan informasi tentang objek yang penulis teliti ini didapatkan dengan cara
menggunakan beberapa pertanyaan. Pihak yang kami wawancara adalah pemilik usaha
makanan khas daerah.
3. Browsing
melalui internet
Keberadaan
internet sangat membantu peneliti dalam memudahkan pencarian data dan informasi
mengenai objek yang diteliti sehingga peneliti dapat menggunakannya sebagai
referensi dalam penulisan penelitian ini. Informasi tersebut berupa teks maupun
gambar yang mendukung penulisan penelitian ini. Kegiatan browsing ini
difokuskan untuk memperoleh data dan berbagai masukan yang akurat berkenaan
denga objek penelitian yang sedang dilaksanakan.
3.6 Teknik Cuplikan atau Sampling
Penelitian
ini menggunakan teknik purposif. Teknik cuplikan purposif disebut juga pengambilan sampel bertujuan.
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan area probability sampling,
yaitu cara pengambilan sampel dengan membagi sampel berdasarkan area.
3.7 Validitas Data
Keabsahan
hasil penelitian merupakan kredibilitas hasil riset dan kekuatan ilmiah yang
digunakan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan dibahas dengan strategi yang
disusun untuk meningkatkan validitas dan reliabilitas, untuk itu digunakan
empat area pengukuran yang spesifik yaitu: (1) Credibility (validitas
internal); (2) Tranferabilitas (validitas eksternal); (3) Dependability
(ketergantungan); (4) Confirmability (netral) (Lincolm dan Guba, dalam
Brockop, D, et, All, 2000).
Secara
operasional credibility dapat dicapai dengan teknik member check
yaitu pada akhir wawancara setiap bahasan, peneliti mengulangi kembali garis
besar hasil wawancara baik secara lisan maupun laporan tertulis kepada
responden. Hal ini dimaksudkan agar peneliti dapat memperbaiki hasil wawancara
bila ada kekeliruan. Transferability (validitas eksternal) kriteria ini
dapat dilihat tergantung pembaca hasil penelitian yaitu sampai dimana hasil
penelitian digunakan dalam konteks tertentu. Apabila pembaca merasa ada keserasian
dengan situasi yang dihadapinya maka penelitian ini memiliki transferability.
Dependabillity (derajat ketergantungan) peneliti secara seksama mengikuti
semua session yang berkaitan dengan interpretasi data. Semua catatan disimpan
untuk rujukan selanjutnya dan refleksi yang akan datang. Comfirmability
dilakukan dengan cara melakukan diskusi dengan pembimbing dan mengikuti secara
terus-menerus semua hasil interpretasi yang berhubungan dengan analisa data. Comfirmability
merupakan tahap akhir dari proses audit hasil penelitian. Comfirmability
dapat dicapai apabila credibility, transferability, dan dependabillity
terpenuhi (Brockoop, D, et, All, 2000).
3.8 Teknik Analisis
Adapun
analisis data dalam ,etode kualitatif sebagai berikut :
3.8.1
Reduksi Data
Reduksi merupakan
proses merubah rekaman data ke dalam pola, fokus, kategori, atau pokok
permasalahan tertentu. Pada dasarnya reduksi data dapat diartikan sebagai
proses pemilihan data, pemusatan perhatian dalam penyederhanaan data,
pengabstrakan data, dan transformasi data kasar yang terdapat dalam
catatan-catatan tertulis di lapangan
3.8.2
Penyajian Data
Penyajian data
merupakan sekumpulan informasi yang disususn sehingga memberikan kemungkinan
adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Penyajian data juga dapat
diartikan sebagai proses penulisan data yang telah direduksi. Dalam penelitian
ini, data disajikan dalam bentuk teks naratif.
3.8.3
Verifikasi/Menarik
Kesimpulan
Verifikasi atau menarik
kesimpulan merupakan suatu kegiatan dalam pembentukan konfigurasi yang utuh.
Kegiatan tersebut sudah dimulai sejak permulaan pengumpulan data dengan mencari
arti mengenai segala hal yang telah dicatat atau disusun menjadi konfigurasi
tertentu.
BAB
IV
PEMBAHASAN
4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian
Penelitian dilaksanankan di daerah Blitar
dan sekitarnya, khususnya di SMAN 1 Blitar sebagai tempat peneliti melakukan
observasi terhadap perilaku siswa SMAN 1 Blitar mengenai objek penelitian dan
UD makanan khas daerah sebagai tempat pengambilan data melalui metode
wawancara. Alasan peneliti memilih SMAN 1 Blitar sebagai lokasi penelitian
adalah untuk mengetahui kondisi dan fakta-fakta mengenai hal-hal yang berkiatan
dengan objek penelitian yang terdapat di SMAN 1 Blitar.
Penelitian juga dilaksanakan di beberapa UD makanan khas daerah. Di
beberapa UD makanan khas daerah tersebut, peneliti melakukan wawancara dengan
pemilik UD. Dalam penelitian ini, peneliti memilih dua pemilik UD makanan khas
daerah untuk diwawancara. Dua UD makanan khas daerah tersebut yakni UD “Dua Kelapa”
milik Ibu Ida yang dekat dengan kota (Kademangan). Dan UD “Abela” milik Ibu
Yulisieni yang terletak di daerah pelosok (Desa Kaligrenjeng, Wonotirto,
Blitar). Tujuan peneliti memilih dua UD makanan khas daerah yang berbeda lokasi
dari yang dekat dengan kota dan jauh dari kota (daerah pelosok) adalah untuk mengetahui lebih dalam mengenai
perbedaan kondisi dan fakta-fakta tentang pengaruh makanan cepat saji terhadap
makanan khas daerah Blitar yang diproduksi. Hasil wawancara dari dua UD yang
berbeda lokasi tersebut kemudian diolah, dianalisis, dan dibandingkan sehingga
peneliti dapat mengetahui perbedaan yang mendetail dari setiap UD.
4.2 Pokok-Pokok Temuan Penelitian
Berdasarkan
data atau informasi yang diperoleh peneliti melalui observasi di SMAN 1 Blitar,
peneliti menemukan pokok-pokok sebagai berikut :
·
Sebagian besar siswa SMAN 1 Blitar membawa bekal dari rumah untuk
dimakan pada jam istirahat. Sebagian yang lain membeli makanan yang dijual dari
kantin sekolah. Bekal yang dibawa siswa pun bermacam-macam. Ada yang membawa
makanan khas daerah juga ada yang membawa makanan cepat saji. Di kantin
sekolah, makanan yang dijual sebagian besar merupakan makanan cepat saji
seperti nasi pecel (termasuk makanan cepat saji dan makanan khas daerah), ayam
goreng, lele goreng, jamur goreng, roti, dan berbagai jajanan lainnya.
Berdasarkan data atau informasi yang
diperoleh peneliti melalui wawancara, peneliti menemukan pokok-pokok sebagai
berikut :
a.
Wawancara dengan pemilik UD Dua Kelapa, Ibu Ida :
·
Jenis makanan khas daerah yang diproduksi adalah geti,
jenang, wajik kletik, madu mangsa, satu asem, untruk yuyu.
·
Produksi :
Geti
yang diproduksi dalam 1 hari minimal 1 kwintal (habis dalam 1 hari), jika
terdapat pesanan untuk acara-acara seperti hajatan, pernikahan, dan lain sebagainya
produksi UD milik Ibu Ida lebih dari itu.
·
Pengaruh makanan cepat
saji terhadap UD milik Ibu Ida :
Menurut
Ibu Ida makanan cepat saji tidak terlalu berpengaruh terhadap usaha dagang
miliknya karena beliau berpendapat bahwa UD miliknya memiliki pasar atau
langganan sendiri sehingga UD miliknya tinggal mengirim kepada pemesan.
Pelanggan dari UD beliau pun semakin meningkat dari waktu ke waktu.
·
Usaha yang dilakukan agar UD lebih maju :
Membeli
mesin untuk mengepak geti sehingga produksinya lebih efisien.
b.
Wawancara dengan pemilik UD Abela, Ibu Yulisieni :
·
Jenis makanan khas daerah yang diproduksi adalah jenang dan wajik
kletik.
·
Pelanggan dari UD Abela
:
Tetangga, warga 1 desa,
warga dari desa lain yang memesan produk melalui telepon (nomor Ibu Yulis tertera
di wadah atau kemasan produk). Jumlah pelanggan tergantung, sesuai situasi dan
kondisi. UD Ibu Yulis tidak memproduksi makanan khas daerah setiap hari. Ibu Yulis
hanya memproduksi makanan khas daerah apabila ada yang memesan saja.
Pemesanannya pun tergantung, karena tidak setiap hari semua orang memiliki
acara. Contohnya saja seperti acara pernikahan. Acara pernikahan dilakukan pada
bulan-bulan tertentu karena masyarakat jawa mempercayai bulan-bulan tertentu
Seperti bulan Suro, tidak boleh dilakukan pernikahan.
·
Promosi :
Melalui nomor telepon
yang tertera pada kemasan produk, kenalan 1 desa, kenalan kerja, serta melalui
kerabat.
·
Pengaruh makanan cepat
saji terhadap UD milik Ibu Yulis :
Menurut pendapat Ibu
Yulis, usaha miliknya sedikit menurun karena makanan cepat saji yang saat ini
marak dijumpai. Menurut beliau memang makanan cepat saji menawarkan berbagai
keunggulan yang layak diperhitungkan. Seperti jenis atau variasi, rasa, harga,
tampilan, efisienitas, serta prestise. Menurutnya banyak orang yang
membanding-bandingkan makanan khas produksinya dengan makanan cepat saji.
·
Usaha yang dilakukan
Ibu Yulis dalam mengatasi persaingan terutama dengan makanan cepat saji :
Menurunkan harga
beberapa produk, kecuali jenang dan wajik kletik. Karena wajik kletik dan
jenang harga bahan pokoknya mahal , seperti gula , kelapa, dan lain-lainya.
Kecuali ketika harga bahan mentah tersebut menurun, maka Ibu Yulis berani
menurunkan harga produk tersebut.
4.3 Pembahasan atau Analisis
4.3.1
Perbedaan Makanan Cepat Saji dengan Makanan Khas Daerah
Dalam
kehidupan sehari-hari, kita selalu mengkonsumsi makanan sebagai pemenuh
kebutuhan. Terdapat berbagai jenis dari makanan yang kita konsumsi sehari-hari.
Diantaranya makanan cepat saji dan makanan khas daerah. Makanan cepat saji atau
yang biasa disebut dengan fast
food merupakan
makanan yang disajikan dalam waktu relatif cepat. Sedangkan makanan khas daerah merupakan
makanan atau masakan yang biasa dikonsumsi oleh
masyarakat tertentu. Terdapat banyak perbedaan antara kedua jenis makanan tersebut,
diantaranya :
A.
Asal
Makanan cepat saji kebanyakan berasal dari barat,
seperti hamburger, pizza (junk
food), dan
lainnya. Akan tetapi ada juga yang berasal dari Cina (mie). Bahkan Indonesia
pun memiliki makanan cepat saji seperti kerak telor, dan lain sebagainya.
Walaupun kerak telor termasuk makanan khas daerah Jakarta, tetapi makanan
tersebut dapat digolongkan kedalam makanan cepat saji karena kecepatan
penyajiannya.
Makanan khas daerah Indonesia berasal dari
daerah-daerah tertentu di Indonesia yang sifatnya
turun temurun dan menurut adat daerah tersebut. Misalkan saja, makanan khas
daerah Jawa Timur adalah rujak, makanan khas daerah Sumatra adalah rending, dan
sebagainya.
B.
Bahan utama
Bahan utama dari makanan cepat saji adalah bahan
nabati atau hewani yang biasanya diberi zat tambahan.
Sedangkan bahan utama dari makanan khas daerah
adalah bahan nabati atau hewani yang diolah atau dibumbui dengan rempah-rempah
alami.
C.
Kandungan
Kandungan makanan cepat saji :
1. Lemak jenuh
Junk
food
banyak mengandung lemak jenuh. Hal inilah yang kemudian membuat harga junk
food sangat murah dan pada saat dipanaskan junk food dapat bertahan
pada temperatur tinggi. Lemak jenuh berbahaya karena dapat menjadi biang
kegemukan dan meningkatnya kadar kolesterol dalam darah. Keadaan ini akan
memicu beberapa penyakit lainnya, seperti kanker, penyakit jantung, dan stroke.
2.
Garam
Monosodium
klorida atau natrium klorida atau yang sering kita sebut dengan garam merupakan
kandungan junk food yang juga perlu disikapi. Per hari, kita dianjurkan
untuk mengonsumsi garam tidak lebih dari 5 gram. Hali ini sangat dianjurkan
untuk orang dewasa yang memiliki tekanan darah normal. Garam yang terkandung di
dalam junk food biasanya relatif tinggi. Zat perasa ini memang kita butuhkan
untuk membantu sistem metabolisme tubuh. Tetapi, konsumsi garam secara
berlebihan akan meningkatkan resiko darah tinggi.
3.
Gula
Gula
yang terkandung di dalam junk food tak kalah tinggi. Minuman ringan,
biskuit, kue, dan permen mengandung gula yang tinggi. Kelebihan gula dapat
mengakibatkan obesitas. Hal ini akan berlanjut pada resiko terserang penyakit
jantung dan obesitas. Kerusakan pada gigi, level kolesterol berguna berkurang,
kadar lemak dalam darah yang berhubungan dengan diabetes meningkat, dan
penyakit jantung, juga akan terjadi jika mengonsumsi gula berlebih.
4.
Penambah cita rasa atau
zat aditif sintetis
Zat
aditif di dalam junk food sangat tinggi. Zat aditif umum digunakan untuk
mengawetkan dan mempertahankan warna, rasa, dan bentuk makanan. Pada dasarnya zat aditif sintetis ini adalah
sejenis natrium atau sodium yang menjadi sumber utama garam dapur dan vetsin
atau MSG. Unsur-unsur inilah yang menjadi penggugah selera junk food.
5.
Kalori berlebih
Junk
food
kebanyakan merupakan makanan cepat saji yang di dalamnya mengandung
karbohidrat, gula, lemak sehat, dan garam. Satu porsi junk food
mengandung sejumlah besar kalori, akan
tetapi nilai gizi di dalamnya hanya sedikit atau bahkan tidak ada sama
sekali. Terlalu sering mengonsumsi makanan cepat saji untuk menggantikan makanan
bergizi dapat menyebabkan gizi buruk serta kesehatan yang buruk bagi tubuh.
6. Tidak
mengandung bahan real food
Ada
puluhan bahan kimia dalam setiap item makanan cepat saji, dari bahan pengawet
hingga bahan penambah rasa, tekstur, dan warna. Meski berbentuk makanan, namun
karena kandungan-kandungan tersebut membuat tidak satupun dari mereka adalah
makanan, sehingga mereka tidak menambahkan manfaat gizi apapun bagi tubuh kita,
bahkan dapat memicu timbulnya kanker.
7. Mengandung
karbohidrat sederhana
Karbohidrat
sederhana yang terkandung dalam roti, ayam goreng, dan jenis makanan cepat saji
lainnya memiliki sifat yang cepat terurai menjadi gula, yang mengarah ke
lonjakan cepat dalam gula darah dan insulin. Di sisi lain, biji-bijian dapat
mencerna lebih lambat dan menyediakan energi berkelanjutan. Ketika seseorang
mengkonsumsi karbohidrat sederahana, seseorang itu akan mendapatkan dorongan
energy yang cepat, namun dalam beberapa jam ia akan merasa lemas dan akan
merasa menginginkan karbohidrat lagi. Itulah mengapa makanan cepat saji kerap
membuat kita ketagihan.
8. Natrium
yang berlebihan
9. Rendah
serat
10. Rendah
vitamin
Kandungan makanan khas daerah :
1. Karbohidrat
Karbohidrat
merupakan sumber kalori utama bagi manusia. Umumnya, karbohidrat terdapat pada
bahan pangan golongan serelalia seperti; beras, gandum, dan umbi-umbian. Contoh
makanan khas daerah yang mengandung karbohidrat adalah nasi liwet, nasi
jamblang, getuk.
2. Protein
Protein
memiliki fungsi utama sebagai zat pembangun. Umumnya, protein terdapat pada
hasil hewani seperti daging, ikan, telur, susu, dan hasil nabati seperti
kacang-kacangan dan hasil olahannya. Contoh makanan khas daerah yang banyak
mengandung protein adalah telur asin dan ayam betutu.
3. Lemak
Lemak
merupakan sumber tenaga kedua setelah karbohidrat dan dapat melarutkan vitamin
A, D, E, dan K. Lemak dibedakan menjadi lemak yang dapat dilihat dan lemak yang
tidak dapat dilihat. Lemak yang dapat dilihat, seperti mentega, margarin,
minyak goreng. Lemak yang tidak dapat dilihat, seperti lemak dari kacang tanah,
lemak kemiri, kuning telur, susu. Contoh makanan khas daerah yang banyak
mengandung lemak adalah rendangdaging dan bika ambon karena pada proses
pembuatannya menggunakan santan kental.
4. Vitamin
Vitamin
berfungsi untuk kelancaran metabolisme, menjaga daya tahan dan kekebalan tubuh.
Sumber vitamin dan mineral yang terdapat pada hasil hewani, seperti danging,
susu, dan telur. Sumber vitamin dari hasil nabati, seperti sayur-sayuran dan
buah-buahan. Contoh makanan khas daerah yang mengandung vitamin adalah karedok,
keripik pisang.
D.
Kemasan
Bahan yang digunakan untuk membungkus atau mengemas
makanan cepat saji :
Plastik atau styrofoam (pembungkus mie instant dan nugget), PVC (polyvinyl clorida untuk pembungkus kembang gula), kaleng (makanan
buah, susu, makanan lauk-pauk).
Unsur-unsur bahan pengemas tersebut berbahaya bagi
konsumen karena terdapatnya zat plastic berbahaya seperti PVC yang dapat
menghambat produksi hormon testosterone (Atterwill dan Flack, 1992) kemasan
kaleng disinyalir mengandung timbal dan VCM yang bersifat karsinogenik yaitu
memacu sel kanker dan styrofoam
bersifat
mutagenik (mengubah gen) dan
karsinogenik.
Bahan yang digunakan untuk membungkus atau mengemas
makanan khas daerah :
Pada umumnya, makanaan khas daerah dikemas
menggunakan bahan-bahan organik seperti daun pisang, dan sebagainya. Sebagian
yang lain dikemas menggunakan kertas minyak atau plastik.
E.
Teknik Pengolahan
Teknik pengolahan makanan cepat saji :
Pada
umumnya, makanan cepat saji yang tergolong junk food diolah dengan menggunakan
teknologi yang tinggi. Seperti memanggang dengan alat panggang tertentu,
menggoreng dengan alat tertentu, mendinginkan pada suhu tertentu, dan lain
sebagainya.
Teknik pengolahan makanan khas daerah :
§
Persiapan bahan :
Menimbang,
menyiang, mencuci, memotong, mengocok, merendam dalam cairan bumbu, menggiling,
memanir.
§
Teknik memasak dengan
pemanasan kering
Memanggang
(baking dan roasting), menggoreng dalam minyak (deep frying), menggoreng dengan
wajan dangkal (shallow frying/pan frying), memasak dengan sedikit minyak
(Saute/ Menumis).
§
Memasak dengan
pemanasan basah
Perebusan/Boiling,
blanching, simmering, braising, setup (stewing), merebus (poaching), mengukus
(steaming).
F.
Jenis
Jenis-jenis makanan cepat saji :
1. Makanan
gorengan
Golongan
makanan ini pada umunya kandungan kalorinya tinggi, kandungan lemak/minyak dan
oksidanya tinggi. Bila dikonsumsi secara regular dapat menyebabkan kegemukan,
mengakibatkan hyperlipitdema dan sakit jantung korener. Dalam prosese
menggoreng sering terjadi banyak zat karsiogenik, hal mana telah dibuktikan
kecenderungan kanker bagi mereka yang mengkonsumsi makanan gorengan jauh lebih
tinggi dari yang tidak / sedikit mengkonsumsi makanan gorengan.
2. Makanan
kalengan
Baik
yang berupa buah kalengan atau daging kalengan, kandungan gizinya sudah banyak
dirusak, terlebih kandungan vitaminnya hampir seluruhnya mengalami penurunan
baik kualitas maupun kuantitas dari bahan asalnya. Terlebih dari itu kandungan
proteinnya telah mengalami perubahan sifat hingga penyerapannya diperlambat. Nilai
gizinya jauh berkurang. Selain itu banyak buah kalengan berkadar gula tinggi
dan diasup ke tubuh dalam bentuk cair sehingga penyerapannya sangat cepat.
Dalam waktu singkat dapat menyebabkan kadar gula darah meningkat, memberatkan
beban pancreas. Bersamaan dengan tingginya
kandungan kalori, juga dapat menyebabkan obesitas.
3. Makanan
asinan
Dalam
proses pengasinan dibutuhkan penambahan garam secara signifikan, hal mana dapat
mengakibatkan kandungan garam makanan tersebut melewati batas, menambah beban
ginjal. Bagi pengkonsumsi makanan asinan tersebut, bahaya hipertensi
dihasilkan. Terlebih pada proses pengasinan sering ditambahkan amonium nitrit
yang menyebabkan peningkatan bahaya kanker hidung dan tenggorokan. Kadar garam
tinggi dapat merusak selaput lendir pada lambung dan usus. Bagi mereka yang
secara kontinyu mengkonsumsi makanan asin dapat menyebabkan radang lambung dan
usus.
4. Makanan
daging yang diproses (ham, sosis, dll)
Dalam
makanan golongan tersebut mengandung garam nitrit dapat menyebabkan kanker, juga
mengandung pengawet/pewarna dll yang memberatkan beban hati / liver. Dalam ham,
sosis, dll. kadar natriumnya tinggi,
mengkonsumsi dalam jumlah besar dapat mengguncangkan tekanan darah dan
memberatkan kerja ginjal.
5. Makanan
dari daging berlemak dan jerohan
Walaupun
makan ini mengandung kadar protein yang baik serta vitamin dan mineral, tapi
dalam daging berlemak dan jerohan mengandung lemak jenuh dan kolestrol yang
sudah divonis sebagai pencetus penyakit jantung. Makan jerohan binatang dalam
jumlah banyak dan waktu lama dapat menyebabkan pernyakit jantung koroner dan
tumor ganas (kanker usus besar), kanker payudara dll.
6. Olahan
Keju
Sering
mengkonsumsi olahan keju dapat menyebabkan penambahan berat badan hingga gula
drah meninggu. Mengkonsumsi cake/kue keju bertelur menyebabkan kurang gairah
makan. Konsumsi makanan berkadar lemak dan gula tinggi sering mengakibatkan
pengosongan perut. Banyak kasus terjadinya hyperakiditas dan rasa terbakar.
7. Mi
instant
Makanan ini tergolong
makanan tinggi garam, miskin vitamin, mineral. Kadar garam tinggi menyebabkan
beratnya beban ginjal, meningkatkan tekanan darah dan mengandung trans lipid,
memberatkan beban pembuluh darah jantung.
8. Makanan
yang dipanggang/dibakar
Mengandung
zat penyebab kanker.
9. Sajian
manis beku.
Termasuk
golongan ini ice cream, cake beku dll. Golongan ini punya 3 masalah karena
mengandung mentega tinggi yang menyebabkan obesitas karena kadar gula tinggi
mengurangi nafsu makan juga karena temperature rendah sehingga mempengaruhi
usus.
10. Manisan kering
Mengandung
garam nitrat. Dalam tubuh bergabung dengan ammonium menghasilkan zat
karsiogenik juga mengandung esen segai tambahan yang merusak fungsi hati dan
organ lain, mengandung garam tinggi yang menyebabkan tekanan darah tinggi dan
memberatkan kerja ginjal
Jenis-jenis
makanan khas daerah :
a. Masakan
dari Jawa Barat
Ciri-ciri :
·
Banyak menggunakan
sayur-mayur mentah seperti karedok atau sekadar lalap mentah yang disantap
bersama sambal.
·
Sedikit pedas dan asam.
·
Dominan masakan yang
terbuat dari ikan.
Contoh makanan khas dari Jawa Barat
ialah pepes ikan dan karedok.
b. Masakan
Jawa Tengah
Ciri-ciri :
·
Bawang putih sering
jadi bumbu dominan.
·
Banyak ditemukan
masakan bersantan.
·
Rasa manis lebih
disukai daripada rasa lainnya.
Contoh makanan khas
dari Jawa Tengah ialah gudeg.
c. Masakan
Jawa Timur
Ciri-ciri :
·
Banyak menggunakan
terasi dan petis sebagai pemberi rasa pada masakan.
·
Agak pedas.
·
Masakan banyak
dimatangkan dengan cara direbus, digoreng, dipepes, dan dibakar.
Contoh makanan khas
dari Jawa Timur ialah rujak cingur
d. Masakan
Sumatra
Ciri-ciri :
·
Menggunakan banyak bumbu terutama
masakan Sumatra Barat.
·
Masakannya menggunakan banyak cabai
hingga rasanya relatif pedas.
·
Daerah Sumatra Selatan sangat suka
masakan yang asam rasanya.
·
Masakan banyak dimatangkan dengan cara direbus,
dibakar, dan digoreng.
·
Waktu memasaknya relatif lama.
·
Masakan dari Sumatra Barat banyak
menggunakan santan yang kental.
·
Masakan dari
sayur-mayur tidak banyak jumlahnya. Kalaupun ada, jenis sayurnya tidak
bervariasi. Sayur yang sering dipakai antara lain daun singkong, kacang
panjang, buncis, dan nangka muda.
Contoh
makanan khas dari Sumatra ialah rendang.
4.3.2
Pengaruh Makanan Cepat saji Terhadap Makanan Khas Daerah
Makanan cepat
saji merupakan makanan yang pengolahannya dan
penyajiannya dilakukan dengan serba cepat. Makanan ini merupakan alternatif pemenuhan kebutuhan bagi orang-orang
yang memiliki jam sibuk atau tidak memiliki waktu untuk memasak makanan
sendiri. Selain kecepatan dalam penyajiannya,
makanan ini juga memiliki rasa yang lezat dan harga yang lumayan
terjangkau. Maraknya restoran cepat saji yang beredar saat ini terutama di
daerah Blitar dan sekitarnya telah merubah pola kehidupan sebagian masyarakat
setempat. Perubahan tersebut merupakan salah satu dari sekian perubahan yang
timbul akibat pengaruh makanan cepat saji. Perubahan-perubahan tersebut berupa
pola pikir, kebiasaan, serta daya tarik terhadap makanan khas daerah.
4.3.2.1
Pengaruh Terhadap UD Makanan Khas Daerah
Berdasarkan
data yang kami peroleh dari wawancara, kami menyimpulkan pengaruh makanan cepat
saji terhadap UD makanan khas daerah sebagai berikut :
Sebenarnya,
pengaruh makanan cepat saji terhadap UD makanan khas daerah tidak dapat dinilai secara langsung. Pengaruh makanan cepat saji terhadap
UD makanan khas daerah tergantung beberapa faktor. Faktor-faktor tersebut
seperti kualitas produk, kebersihan produk dan kebersihan tempat penjualan
produk, harga produk, jumlah produk, macam produk, serta beberapa hal lainnya
sampai lokasi penjualan produk. Berdasarkan data yang kami peroleh dari
wawancara dengan pemilik UD yang berbeda lokasi (UD Dua Kelapa di Kademangan
dan UD Abela di Kaligrenjeng, Wonotirto), kami menyimpulkan sebagai berikut.
Makanan
cepat saji yang beredar tidak terlalu mempengaruhi penjualan produk di UD Dua
Kelapa. Hal ini dikarenakan produk yang dijual dalam UD tersebut beraneka
macam. Dari geti, jenang, wajik kletik, madu mangsa, satu asem, untruk yuyu,
dan berbagai kue kering. Selain itu, UD Dua Kelapa mempunyai beberapa pelanggan
tetap yang salalu memesan makanan khas daerah produknya dalam jangka waktu
tertentu. UD Dua Kelapa selalu memproduksi makanan khas daerah setiap hari,
misalnya geti satu kwintal per hari. Akan tetapi pelanggan-pelanggan yang
membeli langsung (ke UD Dua Kelapa) tanpa memesan sedikit menurun karena
banyaknya penyedia makanan cepat saji di daerah Kademangan dan sekitarnya.
Makanan
cepat saji yang beredar mempengaruhi penjualan produk di UD Abela. Hal ini
dikarenakan banyak pelanggan dari UD Abela yang lebih memilih produk makanan
cepat saji dibandingkan produk dari UD tersebut. Pertimbangannya, makanan cepat
saji menawarkan berbagai keunggulan yang layak diperhitungkan. Seperti jenis
atau variasi, rasa, harga, tampilan, efisienitas, serta prestise. Pelanggan
dari UD Abela tidak tetap. Tidak seperti UD Dua Kelapa yang mempunyai beberapa
pelanggan tetap yang selalu memesan makanan khas daerah produknya dalam jangka
waktu tertentu. UD Abela hanya membuat produk makanan khas daerah apabila ada
yang memesan (tidak setiap hari). Jadi, tidak ada pelanggan yang membeli
langsung (tanpa memesan di UD nya). Hal itu dikarenakan letak UD Abela yang
lebih terpelosok dibanding letak UD Dua Kelapa.
Jadi,
letak suatu UD makanan khas daerah juga mempengaruhi penjualan produk di UD
tersebut.
4.3.2.2
Pengaruh Terhadap Daya Tarik Makanan Khas Daerah
Makanan khas daerah merupakan segala
sesuatu yang dikonsumsi masyarakat suatu daerah secara turun temurun guna
memenuhi kebutuhan nutrisi bagi tubuhnya. Makanan khas daerah memiliki nilai
budaya, tradisi, serta kepercayaan bersumber pada budaya lokal. Sangat
berpengaruh terhadap pola makan suku-suku di Indonesia, termasuk diantaranya
pemilihan bahan mentah, corak, dan tradisi makan serta kebiasaan makan dan cara
penyajian. Makanan tradisional suatu daerah bisa menjadi cermin peradapan dan
budaya suatu daerah, akan tepat disuguhkan serta dinikmati oleh masyarakat
setempat pula. Saat ini, makanan khas suatu daerah dapat dikenal dan dikonsumsi
oleh masyarakat daerah lainnya. Hal ini dikarenakan perkembangan zaman
danteknologi yang memungkinkan untuk mengeksplor suatu daerah tanpa datang ke
daerah tersebut. Selain itu, makanan suatu daerah bisa dikenal dan dirasakan
oleh daerah lain karena perpindahan penduduk dari suatu daerah ke daerah lain,
dan sebagainya.
Selain keuntungan, perkembangan zaman
dan teknologi juga menyebabkan kerugian tersendiri bagi suatu daerah. Misalnya
saja kebudayaan atau makanan khas daerah yang diakui oleh daerah atau bangsa
lain, seperti hal-hal yang sering terjadi di negara kita, Indonesia. Banyak
kebudayaan kita yang diakui oleh negara tetangga, seperti reog, batik, dan
lainnya. Selain itu, perkembangan zaman juga menyebabkan daya tarik makanan
khas daerah tersaingi oleh produk makanan cepat saji yang kebanyakan dari luar
negeri (burger, mie, pizza, dll.). Makanan
cepat saji merupakan makanan yang dibuat dan disajikan dengan cepat. Makanan
cepat saji beredar luas dan digemari oleh masyarakat karena makanan
cepat saji menawarkan berbagai keunggulan yang layak diperhitungkan. Seperti
kecepatan penyajian dan pelayanan, jenis atau variasi, rasa, harga, tampilan,
dan efisienitas. Selain itu, makanan cepat saji dianggap memiliki prestise yang
tinggi (mewah). Sebenarnya , tidak semua makanan cepat saji itu mewah. Makanan
gorengan yang dijual di pinggiran jalan bisa juga disebut makanan cepat saji
karena dibuat dan disajikan dengan cepat. Walaupun demikian, makanan cepat saji
yang dijual dijalanan seperti gorengan, minuman dingin, dan lain sebagainya
tetap saja digemari masyarakat. Sehingga masyarakat menjadi konsumtif terhadap
makanan cepat saji dan mulai meninggalkan makanan khas daerah.
Namun, menurunnya minat sebagian
masyarakat untuk mengkonsumsi makanan khas daerah tidak hanya disebabkan oleh
beredarnya makanan cepat saji saja. Tentunya ada faktor-faktor lain seperti sulitnya
menemukan penjual makanan khas daerah, selera, dan lain-lain. Memang sebagian
masyarakat sangat gemar mengkonsumsi makanan cepat saji. Tapi sebagian
masyarakat yang lainnya lebih memilih makanan khas daerah. Hal iti disebabkan
beberapa faktor seperti faktor gizi, harga, tradisi, dan lain sebagainya.
Jadi, pengaruh makanan cepat saji
terhadap daya tarik makanan khas daerah tidak dapat dinilai secara langsung.
itu semua tergantung pada diri kita masing-masing. Apakah kita ingin
mengkonsumsi makanan khas daerah atau makanan cepat saji.
4.3.3
Faktor yang Mempengaruhi Masyarakat Cenderung untuk Mengkonsumsi Makanan Cepat Saji dibanding
Makanan Khas Daerah
Kehadiran
makanan cepat saji dikalangan masyarakat telah merubah pola kehidupan
masyarakat. Masyarakat yang dulunya senang mengkonsumsi makanan khas daerah
beralih mengkonsumsi makanan cepat saji. Perubahan tersebut disebabkan oleh
beberapa faktor. Faktor-faktor tersebut antara lain :
1.
Kecepatan penyajian dan pelayanan di restoran makanan cepat saji.
2.
Desain interior restoran makanan cepat saji yang dibuat menarik dan
bersih.
3.
Fasilitas restoran makanan cepat saji yang lebih menarik.
4.
Produk makanan cepat saji yang lebih variatif di banding makanan khas
daerah.
5.
Harga makanan cepat saji yang lebih mahal dibanding makanan khas daerah
sehingga dianggap lebij mewah.
6.
Prestise makanan cepat saji yang dinilai lebih tinggi daripada makanan
khas daerah. Masyarakat pada umumnya
menganggap bahwa makanan cepat saji lebih elit dibanding makanan khas daerah.
7.
Penjual makanan khas daerah cenderung lebih sulit ditemui dibanding
penjual makanan cepat saji.
8.
Menganggap bahwa makanan cepat saji lebih enak dibandingkan makanan
khas daerah.
4.3.4
Usaha yang dilakukan untuk Meningkatkan Konsumsi Makanan Khas Daerah di
Daerah Blitar dan Sekitarnya
Makanan khas
daerah merupakan makanan khas yang terdapat pada daerah-daerah tertentu. makanan
khas daerah memiliki nilai budaya, tradisi, serta kepercayaan bersumber pada
budaya lokal. Sangat berpengaruh terhadapa pola makan suku-suku di Indonesia, termasuk
diantaranya pemilihan bahan mentah, corak dan tradisi makan serta kebiasaan
makan dan cara penyajian. Sebagai
manusia yang menduduki daerah tertentu, kita seharusnya menjaga kebudayaan khas
daerah tersebut. Seperti tarian khas, kebiasaan khas, serta makanan khas
daerah. Usaha yang dapat kita lakukan untuk meningkatkan konsumsi makanan khas
daerah terutama di daerah Blitar dan sekitarnya adalah sebagai berikut :
1.
Membangun kesadaran masyarakat untuk melakukan peningkatan
kualitas konsumsi melalui penganekaragaman dan
diversifikasi konsumsi pangan.
2.
Membangun partisipasi masyarakat dalam mengembangkan
makanan khas daerah bagi pemenuhan kebutuhan pangan
masyarakat.
3.
Menumbuhkan kesadaran dari diri sendiri untuk tetap melestarikan
makanan tradisional karena hal tersebut bisa
dibilang adalah jati diri suatu daerah. Walaupun hanya dengan sedikit
kesadaran, hal tersebut akan menyelamatkan makanan tradisional di negeri ini.
4.
Berpartisipasi dalam acara-acara yang berhubungan dengan kuliner
tradisional Indonesia dan juga tidak lupa untuk
mengajak orang lain sehingga mereka tertarik untuk ikut menjaga atau
melestarikannya.
5.
Pemberdayaan Masyarakat. Dalam hal ini adalah berupa
peningkatan peran masyarakat dalam pengembangan
konsumsi makanan khas daerah yang meliputi peningkatan pengetahuan atau
kesadaran dan peningkatan pendapatan untuk mendukung kemampuan akses makanan
khas daerah oleh seluruh masyarakat.
6.
Sosialisasi. Memasyarakatkan dan meningkatkan apresiasi
masyarakat dalam pengembangan konsumsi makanan khas
daerah melalui promosi, kampanye, penyebaran informasi melalui media massa
(cetak dan elektronik), lomba cipta menu, dan pemberian penghargaan.
Berdasarkan hasil wawancara, usaha yang dilakukan
UD makanan khas daerah untuk meningkatkan penjualan makanan khas daerah :
1.
Meningkatkan teknologi yang digunakan untuk memproduksi makanan khas
daerah
2.
Membuat inovasi baru yang dapat menarik perhatian atau minat konsumen.
Misalnya membuat wajik kletik yang memiliki variasi rasa, seperti rasa nanas,
kacang hijau, dan lain sebagainya.
3.
Membuat iklan mengenai produk yang dibuatnya.
4.
Melakukan promosi kepada rekan, kerabat, tetangga, dan lainnya agar
produk yang dibuat smakin dikenal masyarakat umum.
4.3.5
Analisis Terhadap Penelitian yang Relevan
Hasil
penelitian yang kami lakukan sedikit berbeda dengan hasil penelitian dari Vania
Pricilia (2015), yang berjudul Pengaruh Makanan Luar
Negeri Terhadap Makanan Tradisional dan Kesehatan Masyarakat Indonesia. Hasil
penelitian kami menunjukkan bahwa makanan cepat saji yang beredar di masyarakat
mempengaruhi daya tarik makanan khas daerah. Pengaruh tersebut berupa
menurunnya minat masyarakat untuk mengkonsumsi makanan khas daerah dibandingkan
makanan cepat saji. Berbeda dengan hasil penelitian dari Vania Pricilia,
perubahan minat masyarakat untuk mengkonsumsi makanan khas daerah dibanding
makanan cepat saji tersebut tidak dapat dinilai secara langsung. Tentunya ada
beberapa faktor lain yang menyebabkan turunnya minat masyarakat untuk
mengkonsumsi makanan khas daerah selain karena beredarnya makanan cepat saji.
Seperti sulitnya menemukan penjual makanan khas daerah, dan lain sebagainya.
Memang sebagian masyarakat sangat gemar mengkonsumsi makanan cepat saji. Tapi
sebagian masyarakat yang lainnya lebih memilih makanan khas daerah. Hal iti disebabkan
beberapa faktor seperti faktor gizi, harga, tradisi, dan lain sebagainya.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan uraian yang telah terpapar
dalam BAB I – BAB V, maka dapat ditarik simpulan penelitian dalam bab ini.
Simpulan tersebut dikemukakan secara berturut-turut sesuai dengan rumusan
masalah dan tujuan penelitian yang telah terpapar dalam BAB I, yaitu:
Makanan cepat saji adalah makanan yang
pengolahannya dan penyajiannya dilakukan dengan serba cepat. Makanan cepat saji
berbeda dengan junk food. Junk food merupakan istilah yang mendeskripsikan
makanan yang tidak sehat, yang memiliki hanya sedikit kandungan nutrisi. Jadi
tidak semua makanan cepat saji tergolong junk food. Sedangkan makanan khas
daerah adalah makanan dan minuman yang biasa dikonsumsi oleh masyarakat
tertentu, dengan citarasa khas yang diterima oleh masyarakat tersebut. Letak
perbedaan kedua jenis makanan tersebut(makanan cepat saji dan makanan khas
daerah) terdapat pada tempat asalnya, bahan utama, kandungan, kemasan, teknik
pengolahan, serta jenisnya.
Dampak makanan cepat saji terhadap
makanan khas daerah tidak dapat dinilai secara langsung. Tentunya ada beberapa
faktor lain yang menyebabkan turunnya minat masyarakat untuk mengkonsumsi
makanan khas daerah selain karena beredarnya makanan cepat saji. Seperti
sulitnya menemukan penjual makanan khas daerah, selera, dan lain sebagainya.
Sebagai masyarakat Blitar, kita harus
meningkatkan konsumsi makanan khas daerah Blitar dan sekitarnya sebagai salah
satu perwujudan cinta kita terhadap Kota Blitar. Usaha yang dapat kita lakukan
yaitu Berpartisipasi dalam acara-acara
yang berhubungan dengan kuliner tradisional Indonesia, pengembangan konsumsi
makanan khas daerah melalui promosi, kampanye, penyebaran informasi melalui
media massa (cetak dan elektronik), lomba cipta menu, dan pemberian penghargaan,
serta menumbuhkan kesadaran diri untuk menjaga kelestarian makanan khas daerah
dengan mengkonsumsinya.
5.2 Saran
Setelah
pembahasan beberapa bab di atas, penyusun ingin menyampaikan beberapa saran
sebagai berikut:
1. Mengurangi konsumsi makanan cepat saji karena
sebagian besar makanan cepat saji merupakan junk food yang tidak baik
untuk kesehatan.
2. Memilih untuk mengkonsumsi makanan khas daerah
dibanding makanan cepat saji. Karena makanan khas daerah lebih bergizi, sehat,
dan terjangkau dibanding makanan cepat saji.
3. Meningkatkan konsumsi makanan khas daerah agar
tidak kalah saing dengan makanan cepat saji.
4. Memperkenalkan makanan tradisional Indonesia ke
daerah-daerah luar negeri agar makanan tradisional itu dikenal oleh orang-orang
luar sebagai makanan khas Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA
5 Kandungan Berbahaya
Junk Food.(http://www.bersatulah.com/kandungan- Berbahaya-di-dalam-junk-food,
diakses tanggal 23 Februari 2016 )
Jenis Makanan Junk Food
Versi WHO. (http://syafiqnfsmw.blogspot.co.id/jenis-
makanan-junk-food-versi-who , diakses
tanggal 24 Februari 2016)
Kandungan Fast Food yang Buruk. (http://lifestyle.sindonews.com/kandungan-
fast-food-yang-buruk-bagi-tubuh, diakses tanggal 23 Februari 2016)
Makanan Khas Daerah.(http://mastugino.blogspot.co.id/makanan-khas-daerah, diakses tanggal 24 Februari 2016 secara
online)
Makanan Siap Saji.
(https://id.wikipedia.org/wiki/Makanan_siap_saji,
diakses tangggal 22 Februari 2016)
Maleong,J. Lexy. 2000. Metodologi Penelitian
Kualitatif.Bandung:
Remaja Rosda Karya.
Mengupas Kandungan Gizi Fast Food. (http://www.parenting.co.id/mengupas+ kandungan+gizi+fast+food, diakses tanggal 23
Februari 2016 )
PengertianMakananKhas.
(https://serbaserbimakanankhas.wordpress.com
. di- akses tanggal 24
Februari 2016 secara online)
Pusat
Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. 2007. Kamus Besar Bahasa
IndonesiaEdisi III. Jakarta: PT Balai Pustaka.
LAMPIRAN
Pertanyaan yang peneliti ajukan saat wawancara kepada narasumber
sebagai berikut :
1.
Makanan khas daerah jenis apa yang diproduksi di UD Anda?
2.
Siapakah yang biasa memesan produk ini?
3.
Kira-kira berapakah produk yang Anda produksi dalam waktu sehari?
4.
Bagaimana cara Anda memperkenalkan produk ini?
5.
Apakah makanan cepat saji berpengaruh terhadap usaha Anda?
6.
Bagaimana usaha Anda untuk memajukan atau mengatasi persaingan terutama
dengan makanan cepat saji?
Gambar
Makanan Khas Daerah (Wajik Kletik)
UD Makanan Khas Daerah
Wawancara dengan pemilik UD makanan
khas daerah
3 comments:
hai nes
Hi Ron 😂
terimakasih kakak <3
Post a Comment