Dari sumber-sumber sejarah Cina, kerajaan awal yang
terletak di daerah Lampung adalah kerajaan yang disebut Bawang atau Tulang
Bawang. Berita Cina tertua yang berkenaan dengan daerah Lampung berasal dari
abad ke-5, yaitu dari kitab Liu-sung-Shu sebuah
kitab sejarah dari masa pemerintahan Kaisar Liu Sung (420-479). Kitab ini
diantaranya mengemukakan bahwa pada tahun 499 M sebuah kerajaan yang terletak
di wilayah Nusantara bagian barat bernama P’u-Huang atau P’o-Huang mengirimkan
utusan dan barang-barang upeti ke negeri Cina. Lebih lanjut kitab Liu-sung-Shu mengemukakan bahwa Kerajaan
P’o-Huang menghasilkan lebih dari 41 jenis barang yang diperdagangkan ke Cina.
Hubungan diplomatik dan perdaganagan antara P’o-Huang dan Cina berlangsung
terus sejak pertengahan abad ke-5 sampai abad ke-6, separti halnya dua kerajaan
lain di Nusantara yaitu Kerajaan Ho-lo-tan dan Kan-t’o-li.
Dalam sumber sejarah Cina yang lain yaitu kitab T’ai-p’ing-huang-yu-chi yang ditulis
pada tahun 976-983 M, disebutkan sebuah kerajaan yang bernama
T’o-lang-p’p-huang yang oleh G.Ferrand
disarankan untuk diidentifikasikan dengan Tulang Bawang yang terletak di
daerah pantai tenggara Pulau Sumatera, di selatan sungai Palembang (Sungai
Musi). L.C. Damais menambahkan bahwa lokasi T’o-lang P’o-Huang tersebut
terletak di tepi pantai seperti dikemukaakan dalam Wu-pei-chih, “Petunjuk
Pelayaran”. Namun, disamping itu Damais kemudian memberikan pula kemungkinan
lain mengenai laksi dan identifikasi P’o-Huang atau “Bawang” itu dengan sebuah
nama tempat bernama Bawang (Umbul Bawang) yang sekarang terletak di daerah
Kabupaten Lampung Barat, yaitu di daerah Kecamatan Balik Bukit disebelah utara
Liwah. tidak jauh dari desa Bawang ini, yaitu di desa Hanakua, sejak tahun 1912
telah ditemukan sebuah inskripsi yang dipahatkan pada sebuah batu tegak, dan
tidak jauh dari tempat tersebut dalam waktu beberapa tahun terakhir ini masih
ditemukan pula tiga buah inskripsi batu yang lain.
1) Kondisi
Geografis
Ahli
sejarah Dr. J. W. Naarding memperkirakan pusat kerajaan ini terletak di hulu
Way Tulang Bawang (antara Menggala dan Pagardewa) sekitar 20 km dari pusat Kota
Menggala. Sejauh ini para peneliti belum mampu menentukan secara pasti letak
kedudukan Kerajaan Tulang Bawang.
2) Kehidupan
Politik
Menurut
tuturan rakyat, Kerajaan Tulang Bawang berdiri sekitar abad ke 4 Masehi, dengan
rajanya yang pertama bernama Mulonou Jadi. Diperkirakan, raja ini asal-usulnya
berasal dari daratan Cina. Dari namanya, Mulonou Jadi berarti Asal Jadi.
Mulonou= Asal/Mulanya dan Jadi= Jadi. Raja Mulonou Jadi pada masa kemudiannya
oleh masyarakat juga di kenal dengan nama Mulonou Aji dan Mulonou Haji.
Prasasti
(batu bertulis) Kedukan Bukit yang ditemukan di Palembang menyebut, saat itu (akhir
abad ke-7) Kerajaan Sriwijaya (Che-Li P'o Chie) telah berkuasa dan ekspedisinya
menaklukkan daerah-daerah lain, terutama dua pulau yang berada di bagian barat
Indonesia. Sejak saat itu, nama dan kebesaran Kerajaan Tulang Bawang yang
sempat berjaya akhirnya lambat laun meredup seiring berkembangnya kerajaan
maritim tersebut. Pada abad VII nama To-Lang P’o-Hwang diberi nama lain, yaitu
Selampung yang kemudian dikenal dengan nama Lampung.
Semasanya,
daerah ini telah terbentuk suatu pemerintahan demokratis yang di kenal dengan
sebutan marga. Marga dalam bahasa Lampung di sebut mego/megou dan mego-lo
bermakna marga yang utama. Di mana pada waktu masuknya pengaruh Devide Et
Impera, penyimbang marga yang harus ditaati pertama kalinya di sebut dengan
Selapon. Sela berarti duduk bersila atau bertahta. Sedangkan pon/pun adalah
orang yang dimulyakan.
3) Kehidupan
Ekonomi
Ketika ditemukan oleh I-Tsing pada abad ke-4,
kehidupan masyarakat Tulang Bawang masih tradisional. Meski demikian, mereka
sudah pandai membuat kerajinan tangan dari logam besi dan membuat gula aren.
Dalam perkembangan selanjutnya, kehidupan masyarakat Tulang Bawang juga masih
ditandai dengan kegiatan ekonomi yang terus bergeliat.
Pada abad ke-15, daerah Tulang Bawang dikenal sebagai
salah satu pusat perdagangan di Nusantara. Pada saat itu, komoditi lada hitam
merupakan produk pertanian yang sangat diunggulkan. Deskripsi tentang kehidupan
sosial-budaya masyarakat Tulang Bawang lainnya masih dalam proses pengumpulan
data.
Warga Tulangbawang sudah bisa membuat kerajinan tangan
dari logam besi yang dikerjakan pandai besi. Warganya ada pula yang dapat
membuat gula Aren yang bahannya dari pohon Aren.
4) Kehidupan
Agama
Pada
masa kekuasaan Kerajaan Sriwijaya pengaruh ajaran agama Hindu sangat kuat.
orang Melayu yang tidak dapat menerima ajaran tersebut kemudian menyingkir ke
Skala Brak. Namun, ada sebagian orang Melayu yang menetap di Megalo dengan
menjaga dan mempraktikkan budayanya sendiri.
Ketika
syiar ajaran agama Hindu sudah masuk ke daerah Selapon, maka mereka yang
berdiam di Selapon ini mendapat gelaran Cela Indra atau dengan istilah yang
lebih populer lagi di kenal sebutan Syailendra atau Syailendro yang berarti
bertahta raja.
5) Kehidupan
Sosial Budaya
Berdasarkan catatan dari I Tsing, seorang penziarah
asal daratan Cina menyebutkan, dalam lawatannya ia pernah mampir ke sebuah
daerah di Tanah Chrise. Di mana di tempat itu, walau kehidupan sehari-hari
penduduknya masih bersipat tradisional, tapi sudah bisa membuat kerajinan
tangan dari logam besi yang dikerjakan pandai besi. Warganya ada pula yang
dapat membuat gula Aren yang bahannya dari pohon Aren.
Kebudayaan Tulang Bawang adalah tradisi dan kebudayaan
lanjutan dari peradaban Skala Brak. Karena dari empat marganya, yaitu Buai
Bulan, Buai Tegamoan, Buai Umpu dan Buai Aji, di mana salah satu buai tertuanya
adalah Buai Bulan, yang jelas bagian dari Kepaksian Skala Brak Cenggiring dan
merupakan keturunan dari Putri Si Buai Bulan yang melakukan migrasi ke daerah
Tulang Bawang bersama dua marga lainnya, yakni Buai Umpu dan Buai Aji.
Dengan demikian, adat budaya suku Lampung Tulang
Bawang dapat dikatakan lanjutan dari tradisi peradaban Skala Brak yang
berasimilasi dengan tradisi dan kebudayaan lokal, yang dimungkinkan sekali
telah ada di masa sebelumnya atau sebelum mendapatkan pengaruh dari Kepaksian
Skala Brak.
Kebudayaan
Tulang Bawang yang merupakan penyimbang punggawa dari Kepaksian Skala Brak
adalah satu kesatuan dari budaya-budaya dan etnis Lampung yang lainnya, seperti
Keratuan Semaka, Keratuan Melinting, Keratuan Darah Putih, Keratuan Komering,
Sungkai Bunga Mayang, Pubian Telu Suku, Buai Lima Way Kanan, Abung Siwo Mego
dan Cikoneng Pak Pekon.
No comments:
Post a Comment