NEW Model Blog Education, SBMPTN,USM,UTUL UGM,SIMAK UI ,STAN,STIS.

Sunday, April 10, 2016

TEKNIK REPORTASE

| Sunday, April 10, 2016
TEKNIK REPORTASE
Mustakim

Pengertian
Reportase adalah kegiatan meliput, mengumpulkan data dan fakta tentang berbagai unsur berita, dari berbagai sumber/narasumber dan kemudian menuliskannya dalam bentuk berita.
Reportase merupakan kegiatan jurnalistik dalam meliput langsung peristiwa atau kejadian di lapangan. Jurnalis mendatangi langsung tempat kejadian dan mengumpulkan fakta dan data seputar peristiwa tersebut guna kepentingan menulis berita.
Objek pengumpulan data tersebut dapat berupa manusia, makhluk hidup selain manusia, buku, tempat bersejarah dan sebagainya. Suatu reportase disebut sebagai wawancara jika objek reportasenya adalah manusia.

Apakah wawancara sama dengan reportase? Jawabannya adalah tidak. Reportase memiliki ruang lingkup yang jauh lebih luas daripada wawancara. Sementara wawancara merupakan salah satu jenis teknik reportase. Wawancara adalah tanya-jawab dengan seseorang untuk mendapatkan keterangan atau pendapat tentang suatu hal atau masalah. Wawancara sering dihubungkan dengan pekerjaan jurnalistik untuk keperluan penulisan berita yang disiarkan dalam media massa.
Jenis Reportase
1.     Reportase dasar.
Ø  Berita yang dihasilkan dari reportase dasar ini adalah straight news atau berita lugas. ciri berita jenis ini adalah singkat/pendek (2-6 alinea), padat, langsung kepada inti masalahnya asal memenuhi unsur 5W+1H.

2.    Reportase madya.
Ø  Reportase media menghasilkan berita-kisah (feature).

3.    Reportase lanjutan/mendalam.
Ø  Reportase lanjutan menghasilkan berita analisis (news analysis). Contohnya indepth reporting/investigative reporting.

Reportase meliputi:
1.     Observasi
Ø  Observasi adalah metode pengumpulan data melalui pengamatan langsung atau peninjauan secara cermat dan langsung di lapangan atau lokasi.

2.    Riset data
Ø  Melakukan riset data yang relevan terkait isu yang akan direportase. Sumber riset bisa berasal dari hasil penelitian, pemberitaan media massa, hasil observasi, litbang, buku dan data-data lain.

3.    Wawancara
Ø  Wawancara adalah proses pencarian data berupa pendapat/pandangan/pengamatan seseorang yang akan digunakan sebagai salah satu bahan penulisan karya jurnalistik. Dari wawancara, sebuah berita didapat dan dilaporkan kepada masyarakat. Untuk itu, wawancara akan mempengaruhi kualitas sebuah berita. Wawancara dibutuhkan guna mendapatkan keterangan, fakta, data-data, penegasan serta beragam jenis informasi lain. Kegunaan wawancara bisa untuk memastikan sebuah kebenaran, mengklarifikasi, me-recheck, atau meluruskan kembali berbagai informasi yang didapat.

Apa yang harus disiapkan sebelum ke lapangan?
-       Membuat TOR (Term Of Reference).
-       Memilih narasumber yang tepat dan relevan.
-       Menentukan narasumber berdasarkan prioritas.
-       Memahami tema liputan.
-       Menguasai persoalan yang akan ditanyakan.
-       Memahami istilah teknis terkait isu yang akan ditanyakan.
-       Mencari data terkait isu yang akan ditanyakan.
-       Menentukan lokasi liputan.
-       Membawa peralatan yang dibutuhkan seperti notes, alat tulis, kamera, alat rekam.
Saat berada di lapangan:
-       Memperkenalkan diri dengan menunjukkan identitas.
-       Sopan terhadap narasumber.
-       Mengendalikan pembicaraan agar tidak keluar dari frame yang diinginkan.
-       Tanyakan lagi jika ada persoalan yang belum dimengerti.
-       Tanyakan nomor kontak (nomor handphone, pin bb) dan email narasumber dan menanyakan apakah narasumber bisa dihubungi lagi jika ternyata ada persoalan yang perlu untuk ditanyakan lagi.
-       Buka mata dan telinga lebar-lebar.
-       Merekam dan menulis semua fakta di lapangan.
-       Menyerap semua informasi.
-       Sejak berada di lapangan, usahakan untuk menemukan angle berita yang akan ditulis. Angle atau sudut pandang ibarat menentukan sasaran tembak. Dengan demikian  saat di lapangan akan fokus dalam memilih fakta dan narasumber atau saksi mata yang akan diwawancara.
-       Mewawancara satu tokoh yang dianggap kuat dengan tuntas. Sisanya untuk menguatkan.
-       Jika sulit menembus narasumber utama bisa meminjam ‘mata kedua’ (orang yang diminta menceritakan sesuatu yang hendak kita reportase).
-       Menciptakan suasana wawancara senyaman mungkin agar narasumber merasa nyaman dan wawancara dapat berlangsung intensif.
-       Mengarahkan narasumber untuk mengungkapkan data-data yang anda inginkan atau yang relevan dengan isu atau persoalan yang diliput. Jika pernyataannya berpotensi menimbulkan konflik hukum, rekam sehingga kita mendapatkan bukti yang kuat.
-       Jika kita sedang membuat reportase mendalam atau investigasi, maka ada keharusan menggali data lebih dalam hingga mendapatkan data sebanyak mungkin.

Bagaimana menggali data melalui 5w + 1h
Unsur 5W + 1H :
-       What (apa) : peristiwa apa yang terjadi ?
-       Who (siapa) : siapa yang terlibat ?
-       When (Kapan) : kapan persitiwa itu terjadi ?
-       Where (di mana) : di mana peristiwa itu terjadi ?
-       Why (mengapa) : mengapa peristiwa itu terjadi ?
-       How (bagaimana) : bagaimana peristiwa itu terjadi ?

Berita sebagai sebuah produk jurnalistik membutuhkan dukungan data yang banyak agar dapat tampil sebagai suatu berita yang lengkap. Semakin lengkap data, semakin bagus kualitas beritanya karena dapat memberikan informasi yang komprehensif. Data ini didapatkan jurnalis melalui proses reportase di lapangan
Data dapat dibagi menjadi dua, yaitu data primer dan sekunder.
-       Data primer adalah data yang didapatkan jurnalis melalui pengamatan langsung di lapangan. Kedua, data yang anda dapatkan dari narasumber yang menjadi saksi mata atas fakta atau kejadian yang diliput. Untuk mendapatkan ini maka jurnalis harus melakukan wawancara. Ketiga, berkas atau dokumen yang berkaitan langsung dengan suatu kejadian, misalnya bukti transaksi korupsi, rekaman suara atau gambar dll.

-       Data sekunder adalah data-data yang didapatkan dari sumber tidak langsung, misalnya dari buku, artikel, dll.

Sebelum menggali data primer dan sekunder, jurnalis harus membuat semacam ‘penelitian awal’ guna mengetahui seluk-beluk isu yang diliput. Baca dokumen atau bertanya kepada orang yang mengetahui persoalan tersebut. Pengetahuan awal ini akan menuntun ke mana jurnalis harus meliput dan kepada siapa harus bertanya (wawancara) lebih jauh. Baca kode etik jurnalistik dan UU Pers untuk mengetahui apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan saat melakukan proses penggalian data atau reportase. Sedapat mungkin harus sudah mempunyai sudut pandang sehingga hal ini akan menuntun jurnalis untuk mencari data-data yang diperlukan.
Derajat Narasumber
Tidak semua orang bisa dijadikan narasumber terkait suatu peristiwa. Untuk itu kita harus memilih dan memilah siapa saja narasumber kunci dalam sebuah peristiwa. Narasumber kunci/utama adalah orang yang terlibat langsung dalam suatu peristiwa (aktor utama). Sementara narasumber sekunder misalnya saksi mata atau pengamat, tergantung peristiwa yang terjadi.
Menyusun TOR
TOR (Term Of Reference) adalah perencanaan liputan atau yang biasa disebut outline, atau lembar penugasan. Keberadaannya penting bagi media, baik cetak maupun elektronik. Sebab, dengan TOR, pemberitaan akan fokus, mendalam dan lengkap. Tidak hanya sekedar memberitakan, dangkal atau bersifat pasif. TOR merupakan panduan umum bagi seluruh kerja keredaksian, khususnya dalam proses reportase.
Fungsi TOR ini sangat vital guna menentukan tema liputan, merumuskan masalah kemudian mencari jawaban atas permasalahan melalui narasumber yang ditentukan, sekaligus menyelesaikan tugas pemberitaan tepat waktu.  
TOR yang baik harus jelas dan rinci. Semakin baik TOR niscaya akan semakin mudah mengerjaan liputan. Karena itu ada yang mengatakan separuh pekerjaan telah selesai kalau TOR-nya bagus.
Sejumlah hal yang harus ada dalam TOR di antaranya:
- Topik/tema
- Latar masalah
- Angle
- Daftar narasumber
- Daftar pertanyaan
- Rancangan foto/suara/gambar
- Rancangan grafis
- Tenggat waktu (deadline).

Penutup
Jurnalistik merupakan ilmu terapan/keterampilan yang akan terus berkembang seiring waktu dan pengalaman di lapangan. Reportase sebagai bagian dari praktik jurnalistik juga mendasarkan atas dua hal tersebut. Untuk itu, tidak ada pakem baku terkait teknik dalam reportase, karena semua tergantung pengalaman dari masing-masing jurnalis di lapangan. Semakin banyak pengalaman di lapangan, akan membuat seorang jurnalis semakin matang, termasuk kemampuan dalam mengembangkan teknik reportase. Untuk itu mari kita berdiskusi dan berbagi pengalaman..

   

Related Posts

No comments: