Transformasi adalah suatu proses transfer informasi genetik dengan bantuan potongan DNA ekstraseluler (Russel, 1992). Dalam hal ini, fragmen DNA yang berasal dari bakteri donor diambil oleh bakteri lain dalam kedudukan sebagai bakteri resipien. Jika bakteri donor dan bakteri resipien berbeda secara genetic, maka akan dihasilkan rekombinan yang terbentuk melalui peristiwa pindah silang yang melibatkan fragmen DNA dari donor dan DNA atau kromosom resipien. Sel-sel yang telah mengalami transformasi disebut sebagai transforman.
Transformasi Alami dan Transformasi
Buatan
Atas dasar sifat kejadiannya dikenal
adanya transformasi alami dan transformasi buatan atau transformasi yang
direkayasa (Russel, 1992). Pada transformasi alami, bakteri mampu mengambil
fragmen DNA secara alami sehingga mengalami transformasi secara genetik. Di
lain pihak pada transformasi yang direkayasa, secara genetik bakteri telah
diubah terlebih dahulu agar memungkinkannya mengalami transformasi; dalam hal
ini memungkinkannya mampu mengambil fragmen DNA sehingga akhirnya secara
genetik mengalami transformasi. Bakteri yang biasanya mengalami transformasi
secara alami adalah Bacilus subtilis; sedangkan
contoh bakteri yang mengalami transformasi setelah terlebih dahulu direkayasa
antara lain E.coli.
Pengambilan
molekul DNA oleh bakteri resipien adalah suatu proses aktif yang membutuhkan
energy (Gardner,dkk, 1991). Pada kenyataannya memang tidak seluruh spesies
bakteri mengalami transformasi secara alami (Gardner,dkk, 1991). Spesies yang
dapat mengalami transformasi adalah yang memiliki mekanisme enzimatik yang
terlibat pada peristiwa pengambilan fragmen DNA maupun pada proses rekombinasi.
Proses
Transformasi
Proses transformasi berlangsung
dalam beberapa tahap yang akan dikemukakan lebih lanjut.
Tahap
1: molekul DNA unting ganda berikatan pada tapak reseptor yang terdapat
dipermukaan sel. Perikatan ini bersifat reversible.
Tahap
2: pengambilan DNA donor yang bersifat irreversible. Pada saat ini DNA donor
menjadi resisten terhadap enzim DNAase di dalam medium.
Tahap
3: konnversi molekul DNA donor yang berupa unting ganda menjadi molekul unting
tunggal melalui degradasi nukleotida terhadap salah satu unting.
Tahap
4: integrasi (insersi kovalen) seluruh atau sebagian unting tunggal DNA donor
tersebut kedalam kromosom resipien.
Tahap
5: segregasi dan ekspresi fenotipik gen donor yang telah terintegrasi.
Pemetaan Kromosom Bakteri Melalui
Kejadian Transformasi
Seperti halnya pada makhluk hidup
eukariotik, rekombinasi transformasi pada bakteri dapat dimanfaatkan untuk
pemetaan kromosom bakteri. Secara operasional transformasi dapat digunakan
untuk mengungkap pautan gen, urutan gen, serta jarak peta. Penanda-penanda
genetik pada kromosom donor yang digunakan berdekatan satu sama lain. Dalam hal
ini jika letak penanda-penanda tersebut pada kromosom donor berjauhan, maka
penanda-penanda itu tidak akan pernah terbawa molekul DNA pentransformasi yang
sama; penanda-penanda itu selalu terletak pada fragmen DNA yang berlainan.
Urutan gen
pada kromosom bakteri, sebagaimana yang telah dikemukakan, dapat juga
ditetapkan atas dasar data transformasi. Sebagai contoh, jika gen p dan q
sering mengalami kotransformasi, demikian pula gen p dan o juga sering
mengalami kotransformasi, tetapi gen o dan p jarang mengalami kotransformasi,
maka tentu saja urutan gen pada kromosom bakteri itu adalah p – q - o.
Berkenaan
dengan pemetaan gen pada kromosom bakteri, pada saat ini orang dapat memperoleh
atau mendapatkan peta suatu fisik gen-gen, dalam arti suatu peta lokasi fisik
relatif gen-gen sepanjang molekul DNA. Seperti diketahui para ahli genetika
memang dapat mengontrol ukuran fragmen-fragmen DNA yang digunakan pada sesuatu
percobaan transformasi. Oleh karena itu peluang kotransformasi dari dua gen
dapat dihubungkan dengan ukuran molekuler DNA pentransformasi. Secara
operasional dengan menghubungkan frekuensi kotransformasi dengan ukuran
rata-rata DNA pentransformasi, memang akhirnya seseorang dapat mengungkap suatu
peta fisik gen.
No comments:
Post a Comment